Kotasantri, Setta SS

Alat Vital

0
(0)

Oleh Setta SS (Kotasantri, 11 Juni 2011)

Alat Vital ilustrasi Google

Alat Vital ilustrasi https://www.proprofs.com

PADA suatu sesi rehat rapat kantor di Hotel Horison, Bandung. Seorang rekan senior peserta rapat, yang baru pulang diklat beberapa hari sebelumnya, di sela obrolan ringan berseloroh kurang lebih begini:

Gambarkan alat vital Anda masing-masing dalam waktu lima menit mulai dari sekarang!

Ia menirukan perintah seorang instruktur diklat.

Beberapa ibu-ibu peserta diklat saat itu hanya bisa melongo seperti orang bego untuk beberapa jenak lamanya, lanjutnya diikuti derai tawa sejuta makna.

***

Minggu siang, 5 Juni 2011, saya naik Trans Jakarta dari halte Tegal Parang, transit di halte BNN (Badan Narkotika Nasional), dan lanjut tujuan akhir Ancol yang penuh sesak. Saya pun turun di halte Salemba UI, tepat di depan bangunan uzur FKU UI. Sudah masuk waktu dzuhur. Saya mampir shalat di Masjid UI yang lantai dasarnya dipadati orang-orang berpakaian batik. Mereka sedang menghadiri acara resepsi pernikahan entah siapa.

“Papa masih di ruang ICU, Kak. Di PJT (Pusat Jantung Terpadu)…,” informasi dari Anggi, sepupu saya yang Ayahnya—Pakde saya, habis dioperasi Jumat pagi, beberapa jam sebelumnya.

Bergegas saya menuju PJT di kompleks RSCM. Ternyata waktu besuk baru saja usai. Ruang ICU sudah ditutup tirai, tak bisa memandang meski sekadar dari balik kaca ruangan. Hanya wajah-wajah lelah saudara-saudara Pakde yang kebagian jaga menjadi objek eksplorasi sepasang lensa mata saya. Saya memutuskan pergi ke Rumah Singgah di ujung paling barat dari kompleks RSCM. Pakde dan istrinya tinggal di salah satu kamar di Rumah Singgah sejak lebih sebulan lalu menjalani pemeriksaan intensif hingga jatuh keputusan final tim dokter: operasi (lagi)!

Baca juga  Keajaiban Cinta

Ada kebocoran yang cukup parah pada salah satu katup jatung Pakde. Istri beliau memperlihatkan foto-foto hasil rontgennya. Tampak dalam foto-foto itu seperti serat-serat berwarna putih kompleks yang menunjukkan pembuluh darah. Ternyata sebelumnya pun Pakde sudah pernah beberapa kali menjalani operasi jantung. Saya lihat di salah satu foto gelap sinar X itu, sebelum dipasang cincin, serat putih pembuluh darah utama Pakde ada yang nyaris putus. Jika sampai putus, maka mulai detik itu juga semua tentang Pakde hanya tinggal menyisakan kenangan. Di foto berikutnya, setelah dipasang cincin, gambar serat putih pembuluh darah itu kembali menebal; artinya aliran darah kembali lancar ke dan dari jantung ke seluruh tubuh Pakde.

Allahu Akbar! Betapa vital peran pembuluh-pembuluh darah itu bagi sesuatu yang dengan enteng sering kita sebut sebagai hidup. Sebuah kehidupan.

Tak lama berselang sepulang saya dari Ashar di Masjid Asy-Syifa’ kompleks RSCM ke Rumah Singgah, handphone istri Pakde berdering. Seorang perawat menginformasikan, Pakde sudah dipindah dari ruang ICU ke ruang rehabilitasi di lantai 5 PJT.

Akhirnya kesempatan saya melihat langsung kondisi Pakde dua hari pasca operasi terealisasi. Sekitar dua puluh menit saya di ruangan yang para perawatnya selalu memakai masker itu. Ada banyak selang aneka warna dan berbeda diameter yang sengaja “ditanam” di tubuh Pakde. Semua sirkulasi yang terjadi di dalam tubuh ditampilkan di layar monitor di samping ranjang pesakitan Pakde.

Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, tubuh Pakde yang kekar hanya bisa terbaring lemah dan pasrah. Makan harus disuapi. Minum pun tak bisa dilakukan sendiri. Seolah tubuh kekar itu lumpuh semua organnya. Hanya karena sebuah kebocoran pada salah satu katup jantungnya. Ya, hanya karena itu. Sekali lagi, hanya karena itu!

***

Baca juga  Titik Perubahan

Begitulah.

Semoga mulai detik ini bayangan Anda tentang apa itu alat vital sudah mengalami perluasan makna. Tidak lagi sempit dan picik seperti saat membaca prolog catatan ini.

Semoga!

Bahwa sepasang mata adalah alat vital untuk melihat, sepasang kaki adalah alat vital untuk berjalan, sepasang telinga adalah alat vital untuk mendengar, sederetan gigi di rahang atas dan bawah adalah alat vital untuk mengunyah makanan, pembuluh-pembuluh darah adalah alat vital untuk sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

Dan, setiap organ yang melekat dalam sepaket tubuh Anda adalah alat vital semuanya. Kecuali Anda telah menjadi makhluk kufur yang mengingkari setiap anugerah pemberian-Nya. (*)

Jakarta, 07 Juni 2011 16:32 WIB

Teriring doa kesembuhan untuk Pakde. Syafakallah. Amin.

.

.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. lancheloth

    Yeah I was thinking about my brain anyway…

Leave a Reply

error: Content is protected !!