Cerpen, Faruqi Umar

Kalifah Malam

0
(0)

Aku pacu langkah. Orang-orang semakin sesak di ujung mataku sambil membawa ember. Tubuhku tiba-tiba gemetar. Beras yang ada di kepalaku tumpah. Uang yang kupegang berhamburan ke mana-mana. Kakiku nyaris tidak bisa bergerak. Aku panik. Kulihat rumahku ambruk tertimpa pohon jati itu. Api memercik. Aliran listrik saling bersentuhan karena ada kabel yang luka. Dalam sekejap, api menjalar pada ruas-ruas kayu di atap rumahku. Orang-orang berusaha memadamkan, tapi tak berhasil.
Tubuhku mematung di depan kobaran api. Aku berteriak. Kupangku tubuh ayah yang berhasil keluar dari kobaran api itu, dengan kepala gosong terbakar. Ayah mengembuskan napas terakhirnya. Sementara, dari kobaran api itu, seakan kudengar rintih sekarat ibu, serta lolong Sakur sesekali.
Dalam waktu sekejap, rumahku menjadi gundukan api yang berkobar. “Tidak! Ini tidak mungkin.”
Aku tergopoh-gopoh, menghampiri kobaran api itu. Tapi, untung orang-orang sigap menahan langkahku yang labil.
Aku menyesal. Mungkin, jika waktu itu aku tidak memaksakan kehendak, keluargaku masih ada di sampingku. Ayah yang biasa duduk di kursi sambil menyulut rokok lintingannya. Ibu yang merampungkan jahitan baju Sakur yang sobek karena berkelahi berebut kelereng. Dan, kami menghabiskan malam yang terlalu gigil untuk dilalui sendiri. Namun, semuanya betul-betul sudah terjadi.
Mataku berair. Hujan bertabur di jendela masjid.
“Aku tidak kuat menjalani hidup ini, Wahyu,” gumamku.
“Mengadulah kepada Tuhan. Temukan Dia dalam sujudmu. Kau akan menemukan kedamaian yang hakiki di hadapan-Nya,” jawabmu.
“Peristiwa yang menimpamu ini akan memberikan banyak pelajaran dalam hidupmu. Tak perlu kau menangis karena tak mungkin tercipta sebuah kesabaran tanpa adanya cobaan. Hidup ini penuh misteri, Fitri,” lanjut Wahyu.

Loading

3 Comments

  1. Kisah sendu yang sering terjadi dalam kehidupan kita.Tak ada yang ” baru” dari cerpen ini. Namun sebagai ” pegangan” bahwa orang harus sabar dalam menghadapi cobaab hidup, cerpen ini bisa menjadi salah satu sarana ” pencerah” .
    Selamat buat penulisnya.

  2. nadhir

    sippp..ditunggu karya selanjutnya.. 🙂

Leave a Reply

error: Content is protected !!