Oleh Yayan Rika Harari (Kedaulatan Rakyat, 17 Desember 2021)
“KALAU Lolo ikut main petak umpet, aku tidak jadi ikut main!” tegas Koko Si Ayam Jago.
“Aku juga tidak mau ikut!” sahut Pusi ikut-ikutan Koko.
Lolo Bunglon terperanjat mendengar perkataan teman-temannya itu. Lolo menjadi sedih. Tadi Lolo sudah membayangkan serunya bermain petak umpet seperti kemarin. Tetapi mengapa sekarang seperti itu sikap teman-teman terhadap Lolo. Apa salah Lolo?
“Kenapa sih kalian itu? Kemarin juga asyik-asyik saja bermain bersama Lolo,” kata Cici Kelinci heran.
“Ya iyalah, Ci, kamu tidak merasakan menjadi yang jaga, sih. Kemarin aku jadi penjaga terus gara-gara tidak bisa menemukan Lolo,” kata Koko.
“Kamu saja yang tidak cermat mencari Lolo,” bantah Cici.
“Ci, memangnya kamu tidak tahu ya, Lolo itu pandai menyamar. Warna kulitnya itu lho bisa berubah,” jelas Pusi.
“Nah, dengar itu, Ci! Jadi wajar kan kalau aku sulit menjadi Lolo?” Koko meminta permakluman.
“Selain itu, mata Lolo bisa melihat ke sekeliling tubuhnya. Jadi, dia selalu bisa tahu posisi kita semua,” tambah Pusi.
“Kalian itu…,” Cici masih berusaha menanggapi.
“Sudahlah, Cici. Aku sebaiknya tidak ikut bermain saja supaya permainan kalian lebih seru,” sahut Lolo lirih.
Lolo kemudian pergi meninggalkan teman-temannya. Lolo terisak-isak sedih. Ia terus memikirkan kata-kata Koko dan Pusi tadi. Lolo sampai tidak menyadari diikuti oleh Gugi Gajah.
“Sudahlah, Lolo, tak usah bersedih,” kata Gugi.
Lolo kaget mendengar suara Gugi.
“Eh, kamu Gugi,” sahut Lolo.
“Mereka suatu saat akan menyesal karena tidak mau berteman dengan kamu,” hibur Gugi.
“Mereka tidak suka kepadaku karena aku bisa menyamar. Kenapa juga warna kulitku bisa berubah-ubah? Kenapa juga mataku bisa melihat ke sekeliling. Aku benci keadaanku ini,” keluh Lolo.
“Sudahlah, kamu tuh keren, Lolo! Kamu bisa bermain denganku,” tegas Gugi.
“Kamu sendiri mengapa tidak ikut bermain bersama mereka?” tanya Lolo heran.
“Ha… ha… ha… Menurutmu aku bisa bersembunyi di mana supaya tidak mudah ditemukan teman-teman? Apalagi dari matamu itu, aku tidak bersembunyi di mana-mana. Selain itu, aku kan tidak bisa menyamar seperti kamu. Aku sangat memerlukan jubah gaib agar bisa bersembunyi,” seloroh Gugi.
“Ah, kamu bisa saja, Gugi,” tukas Lolo.
Lolo mulai terhibur. Tidak semua teman bersikap buruk terhadap Lolo. Sekarang ia senang bermain bersama Gugi. Lalo dan Gugi bermain tidak jauh dari teman-teman yang lain. Sesekali Lolo masih mencuri-curi pandang melihat ke arah teman-teman yang lain. Tampak mereka sedang tertawa riang saat bermain petak umpet. Teman-teman bahkan tidak menyadari keberadaan Lolo dan Gugi di sekitar mereka.
Beberapa saat mereka bermain, tibatiba Lolo melihat sosok Harimau mendekati teman-teman yang sedang bermain petak umpet. Bahkan, Gugi pun tidak menyadari kedatangan Harimau. Tak heran, kan mata Lolo mempunyai kemampuan lebih dari teman-teman yang ada disitu. Lolo memberitahu Gugi. Gugi meminta Lolo untuk memperingatkan teman-temannya.
“Lari, teman-teman! Ada Harimau mendekati kalian!” teriak Lolo.
Mereka kaget dan berlarian tak tentu arah. Acara bermain mereka menjadi kacau balau. Gugi berusaha menghadang Harimau sehingga teman-teman bisa lari lebih jauh. Melihat keberadaan Gugi, Harimau tidak jadi mendekat. Harimau beranjak menjauh. Teman-teman kembali ke tempat semula.
“Terima kasih, ya, Gugi, kamu sangat pemberani,” kata Koko.
“Ah, ini semua berkat Lolo. Dengan kemampuan mata Lolo yang luar biasa, Lolo bisa melihat kedatangan Harimau yang masih jauh,” jelas Gugi.
“Terima kasih, Lolo. Kalau kamu tidak memperingatkan kami tadi, pasti kami sudah menjadi santapan Harimau,” kata Pusi.
“Maafkan kami ya, Lolo. Kami sudah menyakiti hatimu dan tidak mau bermain bersamamu,” tambah Koko.
“Kamu adalah sahabat sejati kami,” ucap Cici.
Mereka kemudian bergantian memeluk Lolo. Lola melirik ke arah Gugi. Gugi mengedipkan kelopak matanya, membalas lirikan Lolo. ***
.
.
Yayan Rika Harari (Guru SD Muhammadiyah Kleco, Jalan Nyi Pembayun No. 20 Kotagede, Yogyakarta).
.
Lolo Bunglon. Lolo Bunglon.
Anisah Widyastuti
Bagus ceritanya kak,aku jadi punya ide cerita keponakanku. Boleh kan yah diceritain lagi secara verbal?