Budi Saputra, Koran Tempo, Puisi

TANAH TROPIS BERBISIK

TANAH TROPIS BERBISIK - Puisi-puisi Budi Saputra

TANAH TROPIS BERBISIK ilustrasi Imam Yunni/Koran Tempo

5
(3)

Puisi-puisi Budi Saputra (Koran Tempo, 02 Januari 2022)

JALUR REMPAH, JALAN KOBRA

.

Telah masyhur jalan itu dalam pusaran kapal-kapal dagang.

Di Bengali, Surat, dan Selat Melaka, matahari musim

menyiram imperium baharimu dengan rempah parap

syahbandar yang melimpah.

.

Bangsa-bangsa berdatangan bagai hujan pagi yang berlari

seperti hewan tunggangan. Membuka pintu-pintu pesisirmu

yang mengeluarkan bunyi decit yang ritmis, dan membikin

orang-orang betah menyandarkan tualang, serta saling

berkelakar sambil menyeduh kopi di bandar-bandar beraroma

kamper, pala, cengkeh, atau lada.

.

Telah masyhur jalan itu, telah paripurna kapal-kapal berlayar

membawa upeti, dan tangan yang saling takzim

dalam tarian abad yang berlari.

.

Bertahun-tahun setelah itu, hanyalah biru laut pesisirmu

yang tetap memberangkatkan kapal-kapal lain di bawah

langit tua, dalam peta sebuah pagi yang bersih dengan awan

putih berarak, serta burung-burung migrasi menuju

hutan-hutan zamrud yang rahimnya bengkak oleh dekapan

hujan musim tropis.

.

Pada suatu hari yang cerah, maka di sebuah pedalaman

hutanmu tungkai-tungkai rusa telah menuju utara.

Meninggalkan jalan semak ilalang. Meninggalkan jalan kobra

yang lengang bagai kepala sebuah imperium yang terpenggal

dan menggelinding menuju hilir zaman.

.

Seekor tikus menikmati masa kedigdayaan yang tipis.

Melupakan berlapis kegelapan nisbi di depan taring tajam

terhunus bagai pedang ksatria berkuda. Di depan taring

dan bisa yang diusung bagai berhala kebanggaan di sepenuh

wajah cakrawala.

.

Di pagi yang ganjil itu, sungguh tak ada kobra itu dilihatnya.

Sebab di ini kota, darah kobra itu telah menjadi jamu, dan

dagingnya telah dirica-rica. Dan konon pula, dipercaya bisa

mengobati penyakit tinea dan meningkatkan

kejantanan pria.

.

2021

.

.

.

TANAH TROPIS BERBISIK

.

(1)

Bahwa aku ingin mendengar bisik magis sasi pohon

Baca juga  KEMBANG SUSU

orang-orang Sabuai. Orang-orang mengenakan karanunu

serta berdoa kepada Upu Lanite dan tete-nene

leluhur Yamaliho.

.

Pohon-pohon terbalut kain berang memicingkan mata,

seolah tak ingin lagi terluka dengan erosi sungai

berwarna merah bagaikan darah.

.

(2)

Lalu aku ingin Tordauk selalu hidup di Marafenfen.

Rusa-rusa berlari dinaungi Setlanin dan Mamasel.

Alang-alang dibakar dalam saripati musim dan riuh

suara perburuan.

.

Tak ada mata khianat dalam setiap jengkal sasi tanah.

Sebab di sini hitungan bulan menjadi tapal batas

membaca semesta.

.

Alang-alang dibakar sekali setahun, di penghujung

kemarau yang sublim bagi orang-orang Gaelogoy.

.

(3)

Lalu di Kinipan, aku ingin ulin, jelutung, meranti,

atau kapang tumbuh riang di tapal batas yang pernah

robek serupa luka menganga.

.

Pohon-pohon yang pernah gugur, kampung-kampung

yang pernah tenggelam, serta hewan-hewan yang

kian langka, maka bermekaranlah kembali di huma,

babas, laman, dan penyaduan.

.

Aku ingin hutan adalah bapak, tanah adalah ibu

yang melahirkan pohon-pohon, serta air adalah darah

yang mengalir di sepanjang nadi dan sungai usia.

.

2021

.

.

.

Budi Saputra lahir di Padang, 20 April 1990. Tulisannya berupa cerpen, puisi, esai, feature, dan resensi terbit di berbagai media massa. Pada 2012, ia terpilih sebagai peserta Ubud Writers and Readers Festival.

.

TANAH TROPIS BERBISIK.

.

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 3

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!