Puisi-puisi Budi Saputra (Koran Tempo, 02 Januari 2022)
JALUR REMPAH, JALAN KOBRA
.
Telah masyhur jalan itu dalam pusaran kapal-kapal dagang.
Di Bengali, Surat, dan Selat Melaka, matahari musim
menyiram imperium baharimu dengan rempah parap
syahbandar yang melimpah.
.
Bangsa-bangsa berdatangan bagai hujan pagi yang berlari
seperti hewan tunggangan. Membuka pintu-pintu pesisirmu
yang mengeluarkan bunyi decit yang ritmis, dan membikin
orang-orang betah menyandarkan tualang, serta saling
berkelakar sambil menyeduh kopi di bandar-bandar beraroma
kamper, pala, cengkeh, atau lada.
.
Telah masyhur jalan itu, telah paripurna kapal-kapal berlayar
membawa upeti, dan tangan yang saling takzim
dalam tarian abad yang berlari.
.
Bertahun-tahun setelah itu, hanyalah biru laut pesisirmu
yang tetap memberangkatkan kapal-kapal lain di bawah
langit tua, dalam peta sebuah pagi yang bersih dengan awan
putih berarak, serta burung-burung migrasi menuju
hutan-hutan zamrud yang rahimnya bengkak oleh dekapan
hujan musim tropis.
.
Pada suatu hari yang cerah, maka di sebuah pedalaman
hutanmu tungkai-tungkai rusa telah menuju utara.
Meninggalkan jalan semak ilalang. Meninggalkan jalan kobra
yang lengang bagai kepala sebuah imperium yang terpenggal
dan menggelinding menuju hilir zaman.
.
Seekor tikus menikmati masa kedigdayaan yang tipis.
Melupakan berlapis kegelapan nisbi di depan taring tajam
terhunus bagai pedang ksatria berkuda. Di depan taring
dan bisa yang diusung bagai berhala kebanggaan di sepenuh
wajah cakrawala.
.
Di pagi yang ganjil itu, sungguh tak ada kobra itu dilihatnya.
Sebab di ini kota, darah kobra itu telah menjadi jamu, dan
dagingnya telah dirica-rica. Dan konon pula, dipercaya bisa
mengobati penyakit tinea dan meningkatkan
kejantanan pria.
.
2021
.
.
.
TANAH TROPIS BERBISIK
.
(1)
Bahwa aku ingin mendengar bisik magis sasi pohon
orang-orang Sabuai. Orang-orang mengenakan karanunu
serta berdoa kepada Upu Lanite dan tete-nene
leluhur Yamaliho.
.
Pohon-pohon terbalut kain berang memicingkan mata,
seolah tak ingin lagi terluka dengan erosi sungai
berwarna merah bagaikan darah.
.
(2)
Lalu aku ingin Tordauk selalu hidup di Marafenfen.
Rusa-rusa berlari dinaungi Setlanin dan Mamasel.
Alang-alang dibakar dalam saripati musim dan riuh
suara perburuan.
.
Tak ada mata khianat dalam setiap jengkal sasi tanah.
Sebab di sini hitungan bulan menjadi tapal batas
membaca semesta.
.
Alang-alang dibakar sekali setahun, di penghujung
kemarau yang sublim bagi orang-orang Gaelogoy.
.
(3)
Lalu di Kinipan, aku ingin ulin, jelutung, meranti,
atau kapang tumbuh riang di tapal batas yang pernah
robek serupa luka menganga.
.
Pohon-pohon yang pernah gugur, kampung-kampung
yang pernah tenggelam, serta hewan-hewan yang
kian langka, maka bermekaranlah kembali di huma,
babas, laman, dan penyaduan.
.
Aku ingin hutan adalah bapak, tanah adalah ibu
yang melahirkan pohon-pohon, serta air adalah darah
yang mengalir di sepanjang nadi dan sungai usia.
.
2021
.
.
.
Budi Saputra lahir di Padang, 20 April 1990. Tulisannya berupa cerpen, puisi, esai, feature, dan resensi terbit di berbagai media massa. Pada 2012, ia terpilih sebagai peserta Ubud Writers and Readers Festival.
.
TANAH TROPIS BERBISIK.
.
Leave a Reply