Oleh David DJ (Singgalang, 30 Januari 2022)
KEMATIAN menguak luka dan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan. Tapi, kematian bukan hanya soal kehilangan. Banyak persepsi kultural tentang kematian. Di sejumlah budaya, kematian merupakan jalan untuk menuju kebangkitan. Kematian bisa juga berarti sebuah proses menuju kehidupan lain yang mungkin jauh lebih baik. Karena itulah, kematian tak hanya ditangisi, namun juga dirayakan.
Novel Kenduri Arwah mengangkat tema tentang kematian. Terkesan horor dan menyeramkan! Memang, ini adalah cerita horor. Tapi, bukan sekadar menakut-nakuti. Novel ini lebih jauh mengangkat realitas budaya yang ada dalam masyarakat.
Berkisah tentang Farida dan anak perempuannya, Arini. Ibu dan anak itu sedang masa berkabung karena kematian sang kepala keluarga, Kamaruzzaman. Kematian Kamaruzzaman menorehkan duka dan kesedian bagi Farida dan Arini.
Kendati demikian, keduanya tetap menyiapkan pesta untuk mengenang kematian sang laki-laki. Dalam tradisi di kampungnya, Farida menyiapkan tahlilan untuk mengenang kematian Kamaruzzaman.
Puncak tahlilan adalah 100 hari setelah kematian Kamaruzzaman. Acara itu tidak sederhana. Farida ingin peringatan 100 hari kematian sang suami dikenang dengan baik. Sebuah ritual yang besar. Pesta kematian!
Persiapan peringatan 100 hari kematian Kamaruzzaman seharusnya berlangsung baik-baik saja. Tapi, begitu banyak masalah yang kemudian tiba-tiba muncul. Peristiwa menakutkan dan tak masuk diakal berlangsung silih-berganti. Peristiwa itu dialami Farida, Arini, dan orang-orang di sekitarnya.
Kejadian-kejadian yang tak masuk akal memaksa Arini untuk mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Pencarian gadis itu sampai pada menguak sisi gelap keluarganya. Sisi gelap Farida, Kamaruzzaman, dan lainnya.
Kenduri Arwah merupakan karya terbaru A.R. Rizal. Penulis ini sudah menerbitkan sejumlah buku. Latar cerita dan cara bertutur yang khas masih menjadi sesuatu yang melekat pada novel terbarunya ini. Latar budaya Minangkabau, cara bertutur yang dipengaruhi dialek, terlihat nyata pada Kenduri Arwah. Ini menjadi daya tarik pada novel tersebut.
Kenduri Arwah bukan cerita horor yang biasa. Novel ini lebih kental unsur budayanya. Seperti novel-novel sastra yang kaya dengan ide, nilai-nilai, dan gaya bahasa yang menarik bagi semua orang.
.
Judul : Kenduri Arwah
Penulis : A.R. Rizal
Penerbit : Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : I, Desember 2021
Halaman : vi + 291
ISBN : 9786236421185
.
Ada dua persoalan besar yang hendak dihadirkan penulis lewat novelnya ini. Persoalan pertama tentang mitos. Dalam masyarakat, banyak mitos tentang kematian. Mitos-mitos itu kadang sangat menakutkan. Misalnya, seseorang yang telah meninggal itu tidak sertamerta meninggalkan alam dunia. Arwah-arwah masih gentayangan untuk melihat keluarganya. Sesekali, mereka menampakan diri lewat tanda-tanda.
Kenduri Arwah menampilkan mitos-mitos tentang kematian ini dengan baik. Mitos-mitos itu adalah sesuatu yang hidup dan diyakini oleh masyarakat. Di sinilah keistimewaan Kenduri Arwah. Mengangkatkan sesuatu yang dekat dengan kehidupan pembaca. Dengan demikian, pembaca seperti berada dalam dunia yang nyata.
Persoalan besar kedua yang diangkat novel ini adalah tentang mistis. Mistis ini berhubungan dengan spiritualisme yang berakar pada kenyakinan masyarakat. Spritualisme di sini adalah bagaimana seseorang memaknai tentang kematian. Hal itu mendorong setiap orang untuk menjadi pribadi yang baik.
Kerinduan terbesar seorang hama adalah kembali kepada Sang Pencipta. Seorang hamba yang baik mempersiapkan diri secara paripurna di masa hidupnya. Menjadi pribadi yang baik, inilah sisi spiritualisme yang ditampilkan dalam novel ini. Kenduri Arwah adalah sebuah novel yang unik. Kisah horor dipadukan dengan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal. Banyak filosofi hidup yang bisa dipetik di sana.
Tema yang diangkat dalam novel ini sangat orisinal. Tentang tradisi merayakan kematian merupakan sesuatu hal yang belum pernah diangkat penulis dalam karya fiksinya. ***
.
Tentang Merayakan Kesedihan. Tentang Merayakan Kesedihan.
.
.
Leave a Reply