Puisi-puisi A Warits Rovi, Beni Setia, Vito Prasetyo & Akhmad Sekhu (Republika, 24 Apri 2022)
NARASI WAKTU SAHUR
.
inilah hulu dari sungai waktu
tempat kita membaca nawaitu
langit masih bergaun gelap dan senyap
sisiran angin melengkapi ligih badan
tapi tak ada alasan bagi yang merindukan Tuhan
sebagaimana bulan merangkak dengan keyakinan
meski terus didera kesendirian
melintasi segala zaman dengan jasad yang telanjang
di meja makan, bukan soal lauk dan nasi dalam rantang
ada yang terhidang dari hal yang tak bisa dipandang
yang bakal membuat kita selalu kenyang
meski besok tak boleh makan.
.
Rumah Filzaibel, 2022
.
.
.
DALAM BARIS TARAWIH
.
masjid ini semakin nyata sebagai puisi
di belakang imam, bait-bait memanjang
dalam sentuh antarsiku lengan—dari takbir hingga salam
menyempurnakan diksi kebahagiaan
dalam doa bersama, saat semua mengangkat tangan
malaikat turut menitip pandang
dan menyertakan suara amin panjang
ke sidratul muntaha sebagai lembut ketukan
berharap Tuhan memberi jawaban
dan segala pintu dibukakan.
.
Bungduwak, 2022
.
.
A Warits Rovi. Lahir di Sumenep, Madura, 20 Juli 1988. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, dan artikel dimuat di berbagai media. Memenangi beberapa lomba karya tulis sastra. Buku cerpennya yang telah terbit, Dukun Carok & Tongkat Kayu (Basabasi, 2018). Buku puisi Kesunyian Melahirkanku Sebagai Lelaki (Basabasi, 2020). Sedangkan buku puisi Ketika Kesunyian Pecah Jadi Ribuan Kaca Jendela memenangi lomba buku puisi Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020. Ia mengabdi di MTs Al-Huda II Gapura. Berdomisili di Jl Raya Batang-Batang PP.
.
.
.
TERMANGU TEPI JALAN
.
termangu tepi jalan provinsi—lintas jawa—,
di bawah teduh tanjung, jam 09:00, sembari
menelani air liur. menatapi kendaraan melintas
mobil pribadi, mobil travel, bus akap—dan
aku tahu: butuh lulus tes antigen sebelum
melunasi tiket pulang dan bersua kerinduan. masa lalu
tanpa pekerjaan, tanpa ada berpenghasilan,
tanpa kejelasan kesehatan: aku gemetar
mengharapkan limpahan imunitas. berkah Allah
bahkan terus didatangi (beruntun) keberuntungan
.
v/2021
.
.
.
MANAKIB
.
ketika ibu sudah mati, ketika ayah sudah
mati—aku tuntas 66 tahun—: aku masih
bermimpi pulang ke rumah. bertemu keluarga,
bertemu ibu, bertemu ayah. dinantikan mereka
(ihwal sederhana yang belum pernah dirasakan)
mungkin cuma akan kembali bertemu Allah
persis selama ini: cuma berlidung pada-Nya
(meski telah ditandaskan, bahwa Ia itu tidak
berputra serta diperanakkan). esa. sendirian
—lantas apakah surga itu panti yatim-piatu?
.
v/2021
.
.
.
AT 66
.
setelah tua tidak banyak yang bisa dimakan
serba dibatasi pertimbangan kesehatan
kondisi gigi, kronik pencernaan dan ekonomi
(tersenyum. amrin fokus pada otak goreng)
lupa pada pantangan asam urat. dalam pesta
(reuni) itu kuitansi bon-pesanan tak ditagih
angin melintas. rokok disulut, doni batuk-batuk
(setelah pesta bubar: siapa yang mati dahulu?)
.
v/2021
.
.
Beni Setia. Pengarang.
.
.
.
SEMUSIM DI NERAKA
: Arthur Rimbaud
.
aku ingin meminjam bukumu
“semusim di neraka”
angin mendera, mataku sembap
di pelepah malam, aku terkulai tak berdaya
: kullu nafsin dzaiqotul maut
mengalir di antara serpihan sinar
timbul-tenggelam
seperti air bening menyeruak di redup ingatanku
: aku membacanya alif-ba-ta’
dan membasuh dahaga jiwaku

SEMUSIM DI NERAKA ilustrasi Rendra Purnama/Republika
Arthur Rimbaud, halaman bukumu pun menjerit
menanti para peziarah membacanya
aku meraba dengan ketakutanku
masa kita telah mengingkari pertemuan ini
sajakku pun bagai jalang aksara, tak berlafal
dangkal dan hina, sedalam jurang
di telapak sujud, sejajar tanah-tanah
tempat kematian kita bergaung
mengembara tiada henti
sesungguhnya jiwaku teramat letih
begitu penat
terlunta-lunta di sudut-sudut kumuh
.
Arthur Rimbaud,
tahukah engkau tentang neraka
aku bermunajat agar doaku menuju surga
meski kutahu, lisanku penuh arang
terbakar tatkala api menjulur
dan lidahku menggigil diselimuti kabut
di ujung sana, kulihat
malaikat menatapku tajam
.
Arthur Rimbaud,
bukankah sajakmu terbungkus luka
yang memasung dirimu di liang neraka
jejakmu pun terhapus peziarah
ketika kulantunkan doa-doa, langit merona merah
wajah langit terlukis sesat
.
Arthur Rimbaud,
biarkan aku membaca nisanmu
mungkin,
di pelepah mimpi, meniscayakan tidur kita
adalah hujan membasahi ruang ingatan kita
dan tidur-tidur kita, telah menikuri
masa-masa paleontologi yang meniscayakan anatomi
komparatif
menjadi fosil cinta para pembaca mantra
dan kita bakar ingatan Georges Cuvier
hanya di selembar kertas
kita putihkan sinar
pada cahaya-cahaya redup
dan itu kubaca wasilah
puisi-puisi kita, semesta pikiran
hingga suatu masa aksara kita berevolusi jadi absurd
kadang gersang
kadang tandus
sepi dan gundah
bersilat lidah tanpa filosofi
di persimpangan masa lalu dan kini
hanya menerangkan sisa jejak musim
di antara perjalanan jiwa-jiwa kita
menuju keabadian yang samar
di kelokan jalan, surga dan neraka
.
Malang, 2021
.
.
Vito Prasetyo dilahirkan di Makassar, 24 Februari 1964. Bertempat tinggal di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pernah berkuliah di IKIP Makassar. Peminat budaya dan bergiat di penulisan sastra sejak 1983.
.
.
.
BELENGGU KALABENDU
.
Belenggu kalabendu muncul di siklus orang dating-pergi, hidup-mati,
Saling bertarung di batas antara kebajikan dan kejahatan
yang tersamar
.
Seperti korupsi yang menjalar dalam konspirasi begitu
rapi tersembunyi
Bagaikan api yang menjalar di jasad kayu kabar begitu
cepatnya terbakar
.
Saat sesosok orang terkuak, segalanya jadi tampak,
sungguh tak ada lagi
Yang bisa disembunyikan, apalagi berlari dari bayang-bayang sendiri
Harta kemewahan dipertontonkan, kemudian mangkir
dari pemanggilan
Tapi tentu secepatnya akan dijemput paksa, pengadilan
segera tercipta
.
Ini negeri sudah berdiri setengah abad lebih yang
dirayakan begitu megah
Tanpa memahami negeri ini masih dijajah, bahkan
tumbuh penjajahan baru
.
Tak dapat dielakkan, kecuali saling tuding yang
sebenarnya menuding itu
Ke muka diri masing-masing, berlomba lakukan
kesalahan berulang-ulang
.
Apa yang harus dilakukan jika kebenaran semakin dalam
disembunyikan
Rezim atas nama kemanusiaan, juga atas nama
pengampunan pada semua
Pihak yang merasa dirugikan, tanpa tahu duduk perkara
yang sebenarnya
.
Kembalilah kembali pada awal-muasal muara dari
kebenaran yang hakiki
Tonggak-tonggak sejarah selalu berdarah-darah dari
masa ke masa tak ada
Hentinya membuat luka-luka yang semakin lama
semakin bertambah parah
Tanpa tahu obatnya, kecuali terus menambah
penderitaan demi penderitaan
Tak berkesudahan terus berhutang menambah daftar
panjang ketakberdayaan
.
Belenggu kalabendu semakin tak ada juntrungan sejak
diramalkan Jayabaya
Semua merasakan getah akibatnya dari segolongan
orang memperebutkan takhta
Karena tergoda kekuasaan yang melenakan, bahkan
begitu sangat memabukkan
Hingga selalu memikirkan untuk melanggengkan
kekuasaan yang sebenarnya semu
.
Dk Karangjati, Munjung Agung, Kramat, Tegal, 2022
.
.
Akhmad Sekhu lahir 27 Mei 1971 di Desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Puisinya telah tersebar di berbagai buku antologi komunal. Buku puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000), Memo Kemanusiaan (manuskrip).
.
SEMUSIM DI NERAKA
Leave a Reply