Oleh Rina (Lampung Post, 24 April 2022)
DAHULU kala, ada seorang raja yang bijaksana memimpin di suatu kerajaan. Suatu hari, ada dua orang datang menghadap sang Raja. Mereka sedang bertengkar dan memperdebatkan sesuatu. Mereka menemui Raja untuk menemukan solusi yang mereka perdebatkan.
“Ada masalah apa kalian berdua?” tanya Raja.
“Dia telah mencuri buah manggaku,” ucap seorang di antara mereka, yang paling tua.
Mendengar itu, si Muda langsung ribut. “Aku tidak mengambil mangganya, Raja. Aku berani bersumpah!”
“Aku melihat dia mencuri mangga di depan rumahku tengah malam. Tatkala aku memergokinya, ia berhasil lari. Namun, aku mendapatkan salah satu sandalnya. Keesokan harinya, aku pergi mencari si pemilik sandal itu. Ternyata, sandal satunya itu ada di rumahnya. Berarti ia pelakunya!” kata si Tua sedikit emosi.
Si Muda langsung mengelak. “Sandal itu ada di halaman rumahku, namun bukan berarti aku pencurinya. Pencuri itu menjebakku dengan meletakkan sandalnya di depan rumahku agar kau menuduh aku sebagai pelakunya!”
“Aku tidak percaya padamu! Aku yakin kaulah pelakunya! Kau juga sering melakukan kejahatan. Kau terkenal sebagai pemuda yang kasar dan suka minum di kampung ini. Aku yakin bahwa kau jugalah yang mencuri buah manggaku!” balas si Tua.
“Aku mengerti permasalahan kalian. Sebelum aku memutuskan, aku ingin kau membawa sandal yang kau temukan itu padaku,” kata Raja.
“Aku membawanya, Raja!” kata si Tua, lalu mengeluarkan sandal itu dari dalam tasnya. Si Muda meliriknya dengan kesal.
“Pakailah sandal itu, Muda!” perintah Raja. Si Muda lalu memakainya. Alhasil, sandal itu tidak muat, terlalu kecil.
“Sekarang aku mengerti. Apakah kau benar-benar melihat siapa pencuri manggamu itu?” tanya Raja.
“Sebenarnya aku tidak melihat wajahnya, Raja. Wajahnya ditutupi dengan sarung.”
“Aku mengerti. Kau sedang dalam emosi. Kau hanya melihat ia dari sisi buruknya. Aku berpendapat bahwa bukan dia yang mencuri manggamu. Namun, kuharap, ini menjadi pelajaran bagi kalian berdua. Jangan menuduh orang sembarangan. Dan kau juga si Muda, kau harus menjaga sikap dan perbuatanmu selama ini,” kata si Raja.
“Kuharap kalian berdua bisa berbaikan kembali dan saling memaafkan,” lanjut Raja.
Si Muda dan si Tua pun menyadari kesalahannya masing-masing. Mereka saling bersalaman dan meminta maaf. ***
.
Raja yang Bijaksana.
Tinus Melanesia
Sangat menarik cerita nya