Sajak-sajak Raedu Basha (Jawa Pos, 07 Mei 2022)
CORONGAN NYAI ZAINIYAH SUKOREJO
.
pukul tiga dini hari
suara nyai tua bergema
bangun… bangun… bangun…
dari corongan rumah nyai zainiyah
suara khas membahana penjuru desa
seakan panggilan dari hutan rahasia
yang dihuni para wildan
memecah hening alam
melentik bulir kebeningan
orang-orang bangun dari kasur
bersuci dan menghampar sajadah
memasuki kesunyian intim
lalu tangisan demi tangisan
lalu senyuman demi senyuman
masing-masing sendiri
mendaki tangga-tangga malam
ke puncak singgasana tuhan
tarkhim: salat dikir dan yasin
pada saat memasuki tarkhim
manusia terasa manusia
yang cuma kecil dan mungil
butir-butir pasir pada luas samudra
apakah lokasi surga di sana
dari pusat suara panggilan wanita
yang memanggil-manggil
tak ada henti-hentinya
tahajud… tahajud… tahajud…
dari tahun 1980-an sampai 2000-an
seorang nyai tua setia berbisik merdu
dari kedalaman lubuk lautan
pada ketinggian lintang-lintang
disuarakannya menyapa semesta
ruang-ruang tidur anak-anaknya
kamar-kamar sanak saudara tetangga
setiap dini hari suaranya menjadi tanda
bahwa mata harus sedia bercahaya
sebelum subuh lalu muncul surya
bangun… bangun… bangun…
setiap pukul tiga waktu dini
corongan berbunyi-bunyi
tak pernah letih setiap hari
tahajud… tahajud… tahajud…
kini terasa hilang saat nyai tiada
desa tidur seolah tak bangun dari uzur
kecuali bagi mereka yang merasa
suara nyai tua tetap bergema
pada dini hari istiqamah bersuara
pada masing-masing telinga hati yang terbuka
pukul tiga sebelum fajar tiba
nyai tua setia membangunkan warga
kadang melalui mimpi-mimpi lelap mereka
bangun… bangun… bangun…
tahajud… tahajud… tahajud…
.
.
.
KHOTBAH GALUNGKALUNG DARI WAJO
(Gurutta Aminah)
.
wanita adalah cagak agama dan negara
oleh karenanya bangun jiwa perempuan
tiang kuat bernama ketegaran
luas dunia berfondasi padanya
dan segalanya bergantung
pada batinnya yang baja
bila bumi hancur dan langit retak
bulan belah dan matahari pecah
alam berguncang dan semua musnah
tapi tidak dengan hati perempuan
tetap kuat bagai sayap malaikat
mengibas-ngibaskan bulunya dan tahan
entah kemarau entah hujan
wanita adalah cagak sejak rumah
di mana sejauh-jauh penghuni pergi
jauh berpetualang, pasti tahu ke mana
alamat pulang dan merebahkan letih
tentu ke dalam sebuah rumah yang menyimpan
peluk dekap hangat ibu yang syahdu
yang peluh doanya selalu mengetuk langit biru
dan segala keangkuhan tak akan berdaya
di bawah kaki indo’nya
demikian khotbah gurutta aminah dari wajo
yang menabuh galungkalung
dalam kepalaku
.
.
.
AYAT PERTAMA PEREMPUAN
.
bacalah atas nama
fatimah maimun
istirah 7 rajab 475
tak nyenyak tidur
sepanjang milenium
ziarahku jiwa gelagap
lejar urat saraf
di hadapan makam tua
ranjang astana kastawa
prasasti alimah pertama
bumi nusantara
di sini tertidur
seorang syahidah
puteri hibatullah yang istirah
di hari jumiyad ketika tujuh
(leran, giri, 1082 masehi)
kulihat kitmir berjaga
mata anjing ashabulkahfi melotot nyala
bacalah atas nama dirimu sendiri
sebagai perempuan masa kini
sambut uluran tangan fatimah maimun
hendak menggapai-gapaimu
mana tangan mana ubunmu
terima belai
terimalah kecup
bila tiba badai
yakini sampanmu
bacalah
baca ini ayat pertama untukmu
yang turun dalam halaman buku
aku adalah jibrilmu
.
.
RAEDU BASHA. Penulis buku Hadrah Kiai (2017) yang dihadiahi Anugerah Hari Puisi Indonesia 2017 dan dinominasikan sebagai lima finalis penghargaan sastra dalam kurun 2015-2020 Kemendikbudristek. Saat ini menyiapkan buku puisi Hadrah Nyai yang akan terbit pada 2022.
.
CORONGAN NYAI ZAINIYAH SUKOREJO
Leave a Reply