Cerita Anak, Kompas, Maya Dewi Kurnia

Perkakas Gerabah Bapak

Perkakas Gerabah Bapak - Oleh Maya Dewi Kurnia

Perkakas Gerabah Bapak ilustrasi Regina Primalita/Kompas

4
(8)

Oleh Maya Dewi Kurnia (Kompas, 22 Mei 2022)

LANTARAN pandemi Covid-19, Juju yang duduk di bangku SD kelas VI di Cirebon, Jawa Barat, terpaksa belajar di rumah.

Siang itu, awan gelap menggelayut di langit Desa Sitiwinangun, Cirebon.  Belakangan ini, Cirebon sering diguyur hujan.

“Ju, Juju tolong bantu Bapak, angkat topeng dan bejana-bejana ini,” teriak Bapak, yang seorang perajin pembuat perkakas dari gerabah.

Juju yang tengah mengerjakan pekerjaan sekolahnya di ruang tamu segera menghampiri Bapak. Ia bergegas memindahkan pot bunga, topeng-topeng dari gerabah yang tengah dijemur ke teras rumah.

Benar saja tidak lama hujan turun deras. Sambil mengamati hujan, Bapak duduk di sudut teras. Sesekali Juju melihat mata Bapak menatap sedih perkakas gerabah buatannya.

Sudah beberapa tahun ini, penjualan gerabah Bapak menurun. Bapak adalah salah satu dari sedikit perajin di desa ini yang masih setia pada tradisi leluhur. Banyaknya perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik dengan harga murah, membuat perkakas gerabah kurang diminati.

“Pak, hari ini, sudah ada yang laku?” tanya Juju.

Bapak menggelengkan kepala dengan wajah sendu.

Juju diam. Ia lalu berpikir, bagaimana cara untuk menjualkan perkakas gerabah ini secara modern.

Jari Juju kemudian berselancar ke dunia maya untuk menemukan ide membantu Bapak.

“Pak, bagaimana kalau kita coba menjualkan perkakas gerabah ini melalui media sosial,” kata Juju.

“Caranya bagaimana, Ju?” tanya Bapak penasaran.

Juju menjelaskan cara berjualan melalui media sosial yang diketahuinya.

“Kalau begitu, bapak yang foto topeng, bejana, dan pot-pot ini.”

“Baik, Pak, setelah itu, Juju yang akan unggah ke media sosial,” ucap Juju antusias.

Baca juga  Jamu Rempah Ibu Asih

Beberapa jam berlalu, matahari mulai tenggelam. Di teras rumah, Bapak telaten membersihkan perkakas gerabahnya dari debu menempel.

“Bapak, Bapak,” Juju berteriak. Ia berlari mendekati Bapak. Napasnya terengah-engah.

“Ada apa, Ju, coba katakan pelan-pelan?”

“Pak, Bapak, ini ada yang membeli topeng serta bejana,” jelas Juju.

Bapak melongo. Bapak masih belum percaya dengan yang disampaikan Juju. Juju lalu membuka layar telepon selulernya. Ia memperlihatkan pesan masuk di media sosialnya kepada Bapak.

Ada beberapa calon pembeli yang bertanya soal topeng dan bejana gerabah, serta harga. Di antara calon pembeli itu, bahkan, ada satu orang yang telah melakukan transaksi pembayaran dengan mengirimkan bukti.

Juju dan Bapak senang bukan main. Mata keduanya berkaca-kaca.

“Besok pagi kita kemas ya, Pak,” kata Juju.

Bapak mengangguk. “Terima kasih ya, Ju.”

Juju senang bisa membantu Bapak. Dia juga berharap bisa mengenalkan kerajinan gerabah desanya yang sempat tersohor kepada masyarakat luas di Tanah Air. ***

.

Loading

Average rating 4 / 5. Vote count: 8

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!