Cerita Remaja, Endang S Sulistiya, Kedaulatan Rakyat

Semut Merah Jambu

Semut Merah Jambu - Cerpen Endang S Sulistiya

Semut Merah Jambu ilustrasi Joko Santoso (Jos)/Kedaulatan Rakyat

3.4
(5)

Cerma Endang S Sulistiya (Kedaulatan Rakyat, 22 Mei 2022)

BEBERAPA hari ini, Anara dibuat geram oleh anak baru. Sebagai ketua kelas, Anara tidak akan membiarkan siapapun apalagi seorang anak baru memporakporandakan sistem kelas yang sudah berjalan tertib.

Susah payah Anara membangun citra kelas bermartabat dan berprestasi. Kelas yang dulu lekat sebagai biangnya pembolos dan tukang onar, terus-menerus berbenah dalam kepemimpinan Anara.

Adalah Randy anak pindahan yang tiba-tiba mengacau. Randy sensitif, pemarah dan ganas. Sebab itu Anara menjulukinya semut merah.

Sengaja atau tidak sengaja tersenggol, Randy akan langsung bereaksi keras. Bahkan tidak segan-segan melakukan kekerasan saat tengah di puncak emosi. Tono yang seharusnya berpartisipasi dalam kejuaraan sepakbola antarsekolah tidak bisa ikut bertanding karena dicederai Randy.

Hanya karena berwajah tampan, Randy sering mendapat pembelaan siswi-siswi bodoh yang mengaguminya. Namun bagi Anara, sekali salah tetap salah. Tidak mencari pembenaran dengan menuding orang lain atau menyalahkan keadaan.

“Randy itu tumbuh di keluarga broken home. Orangtuanya bercerai saat dia masih SD. Maklum kalau sifatnya sedikit keras.” Begitu susunan kalimat yang digunakan para siswi yang tergila-gila padanya. Gerombolan Airin, Bita, dan Cita yang secara terang-terang menjadi pembelanya.

Terang saja seketika bola mata Anara membelalak. Lantas secara refleks kepalanya menggeleng-geleng tegas.

“Pemakluman seperti itu tidak bagus untuk jiwanya! Ke depannya dia akan semakin semena-mena,” hardik Anara.

Berpikir logis. Di dalam kelas ada 40 siswa. Masing-masing punya latar belakang serta masalah berbeda-beda satu dengan yang lain. Anara berkesimpulan, tiap siswa sama. Randy tidak berhak diistimewakan hanya karena orangtuanya bercerai. Malah semestinya Randy bersyukur karena setidaknya orangtuanya masih lengkap. Tidak seberuntung Tono yang sudah kehilangan bapak dari bayi.

Baca juga  Wayang Potehi: Cinta yang Pupus

“Tapi An…” protes Cita.

“Tidak ada tapi-tapian!” potong Anara seraya menarik surat izin dari tangan Cita. “Dia pindah ke sekolah ini, masuk ke kelas ini, berarti dia harus mengikuti peraturan di kelas ini.”

“O ya. Satu lagi, siapa yang ikut serta membantu adanya pelanggaran, aku tidak segan-segan akan melaporkan juga ke wali kelas,” ancam Anara.

Cita dan kawan-kawannya terdiam tanpa perlawanan lagi. Bagaimana pun mereka ingin menyokong Randy, tetapi mereka harus menyelamatkan diri sendiri lebih dahulu. Terlebih, ancaman Anara terlihat sangat serius.

Dalam kepala Anara, sosok Randy tidak lebih laki-laki egois. Randy memanfaatkan kelebihan dan kekurangan dirinya demi keuntungannya. Dengan leluasa ia membolos sekolah, tidak mengerjakan PR, menyontek dan pelanggaran lain.

Selama ini Randy aman dari hukuman lantaran Cita dan kawan-kawannya selalu mengawal dan melindungi. Cita dan kawan-kawannya yang menuliskan surat izin, menyalinkan PR, memberi sontekan hingga memberikan kesaksian palsu di ruang BP atas tragedi perkelahian Randy dan Tono.

***

ANARA menghentikan sepedanya kala Randy mencegat. Wajah Randy tampak berang tetapi dengan tenang Anara menyapa.

“Ada apa?”

“Aku akan memberi balasan yang setimpal untukmu!” seru Randy dengan mata menyala merah. Marah.

“Memang apa salahku?” tanya Anara datar.

“Aku diskors gara-gara kamu!” pekik Randy dengan mata melotot.

Anara terkekeh. “Berhentilah menyalahkan orang lain. Terima kenyataan bahwa kamu menerima akibat dari kesalahanmu sendiri,” tutur Anara bijak.

Secepat kilat Randy melayangkan tinju kepada Anara. Namun gadis itu menghindar dengan cepat. Justru kini lengan Randy telah dikuasai Anara. Dengan gerakan gesit, Anara memelintir tangan Randy kemudian mendorong dengan kuat. Randy terpental.

“Semut merah sepertimu bukan tandingan buatku!” pungkas Anara sambil menaiki sepedanya.

Baca juga  Merpati di Bumi sang Nabi

Randy terperangah. Ia memandang punggung Anara yang menjauh dengan tatap mengharu-biru. Ia kini percaya bahwa cinta bak ombak yang bisa menerjang kapan saja. Ia yang semut merah tiba-tiba bisa berubah jadi semut merah jambu. ***

.

.

Endang S Sulistiya. Tinggal di Boyolali.

.

Semut Merah Jambu.

Loading

Average rating 3.4 / 5. Vote count: 5

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!