Pikiran Rakyat, Puisi, Yudhistira ANM Massardi

DI CANGKIR KOPIKU

DI CANGKIR KOPIKU - Puisi-puisi Yudhistira ANM Massardi

DI CANGKIR KOPIKU ilustrasi Istimewa

5
(2)

Puisi-puisi Yudhistira Ardi Noegraha Moelyana Massardi (Pikiran Rakyat, 11 Juni 2022)

KUDENGAR SUNYI

.

Kudengar sunyi meneteskan air mata di atas bantal, memohon agar daun jendela dibukakan, kegelapan ditidurkan di depan tungku, menyalakan Cinta.

.

Kudengar nyanyian Cinta menyinari sepuluh jemari, memohon kedua tangan direntangkan, agar bisa memeluk purnama di pangkuanmu

.

Kudengar benih-benih di ladang merangkai tanah dan akar, agar kehidupan menumbuhkan batang dan ranting sehingga dedaun bisa menyelimutkan cahaya matahari kepada bunga: menerbitkan benih-benih bahagia.

.

Bekasi, April 2022

.

.

.

KEPADA WAKTU YANG TAK PULANG

.

Bergandeng tangan musim

Kaubawa usia mengetuk tiap bunyi sunyi

Sebab di sana langkah-langkah menitipkan makna

Menyalami wangi mawar dan bugenvil

Tempat semua janji ditangkupkan

.

Kita pun menonton awan berdansa dengan bulan

Seperti para lansia menarikan kenangan

Bersama cucu memandikan hujan

Hingga kau datang mengalungkan kedua lengan

Di leher yang tak kuat lagi menyangga kerinduan

Sebab pelupuk mata mendambakan pejam

.

Pejam di awal malam

Ketika musim melepaskan genggam

Dan kita lupa mengucapkan “Selamat jalan.”

Kepada Waktu yang tak pulang.

.

Bekasi, April 2022

.

.

.

KETIKA KATA-KATA

.

Ketika kata-kata berhamburan dari layar kaca

Aku tak bisa melindunginya dari sepi, yang bisa membuatnya berduka

.

Ketika kata-kata berhamburan dari layar kaca

Aku tak bisa melindunginya dari dengki, yang bisa menjadikannya belati dan melukai

.

Ketika kata-kata berhamburan

Aku harus menampungnya dalam keranjang kasih sayang

Meletakkannya dalam baris-baris yang terang

Menjauhkannya dari bayang-bayang

Agar kegelapan tidak membuatnya kehilangan harapan

.

Ketika kata-kata berhamburan

Aku harus memberinya tinta berbeda

Sebab hitam-putih berakhir pedih

Sedang Cinta harus diselamatkan

dengan huruf-huruf penuh warna.

.

Bekasi, April 2022

.

.

.

DI CANGKIR KOPIKU

.

Di cangkir kopiku

Baca juga  Biografi Kunang-kunang

Agama diaduk menjadi ampas politik yang apek & apes

Menghitamkan sarapan dan makan malam

Menghantui pagi hari dan siang bolong

Menggelapkan mimpi buruk berulang-ulang

.

Di cangkir kopiku

Arabica dan robusta jadi rasa bacin kebodohan dan kebencian

Tanpa gula hanya tersisa pahit dengki dan iri hati

Panas menghanguskan kalbu

Dingin membekukan akal

.

Di cangkir kopiku

Hoax dan fitnah jadi fatwa yang disucikan

Kebudayaan dan tradisi jadi musuh bebuyutan

Demokrasi jadi kebebasan mematikan liyan

.

Di cangkir kopiku

Sudah tak ada lagi Nusantara

Yang berbeda rasa dan aroma

.

Di cangkir kopiku

Residu dan bubuk mesiu dari berbagai jurusan memperingatkan

: Indonesia dalam bahaya!

.

Bekasi, 20 Mei 2022

.

.

.

KETIKA GARAM

.

Ketika garam meninggalkan laut mengawetkan mimpimu

Ketika klorofil meninggalkan daun menghijaukan Cintamu

Ketika cahaya meninggalkan mentari menerangi jiwamu

Ketika Waktu meninggalkan siang mendetaki malammu

Ketika kamu memilihku untuk kehidupanmu

Ketika itu

Tak ada yang bisa melepaskanmu!

.

Bekasi, Mei 2022

.

.

.

AKAN KUAJAK KAUPERGI

.

Akan kuajak kaupergi

Ke tempat batu-batu menumbuhkan bunga

.

Akan kuajak kaupergi

Ke tempat tanah tandus menyanyikan mawar dan hujan

.

Akan kuajak kaupergi

Ke tempat singa dan serigala menangkar kupu-kupu

.

Akan kuajak kaupergi

Ke tempat-tempat yang tak punya waktu mengembalikan

kita kepada tiada.

.

Bekasi, Mei 2022

.

.

.

PAGI ITU

.

Pagi itu membangunkan malam agar melanjutkan

tidur di balik tilam

.

Pagi itu memanggil fajar agar tidak lupa

mengajarkan ilmu kepada alam

.

Pagi itu memainkan musik agar ayam dan unggas

menyanyikan lagu baru untukmu

.

Pagi itu membagikan spektrum warna agar bunga-bunga

mengecat ulang kelopak-kelopaknya

.

Pagi itu menyuruhmu memoleskan Cinta di bola mata

dan sepasang bibirmu

.

Pagi itu menuliskan kenangan tentangmu yang akan

Baca juga  Baliho

kudongengkan kepada siang dan malam yang nanti

menidurkanku.

.

Bekasi, Mei 2022

.

.

.

AKU INGIN…

.

Aku ingin menyimpan gelombang laut di balik kulit

Tubuhku

.

Aku ingin memekarkan musim semi di bilik jantung dan

paru-paruku

.

Aku ingin menyingsingkan fajar di setiap tarikan napasku

.

Aku ingin memeriahkan setiap malam dengan mimpi

para bidadari melukis pelangi

.

Aku ingin waktu yang mengalir memutar mundur jarum

jam di vena dan aortaku

.

Aku ingin terus berjalan bersamamu menuju pintu-pintu

yang membukakan imaji agar puisi-puisi datang bertamu

.

Aku ingin tidur dan bangun di ranjang kata-kata yang

menyelimutkan semua kisah ke haribaan Cinta.

.

Bekasi, Mei 202

.

.

.

Yudhistira Ardi Noegraha Moelyana Massardi, lahir di Subang, 28 Februari 1954. Selepas sekolah di SMA Taman Siswa, Yogyakarta, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Sinematografi LPKJ selama satu semester (1972).

Tahun 1981, mengikuti Konferensi Pengarang Asia di Manila. Tahun 1983, mendapatkan beasiswa dan menjadi tamu di Universitas Kyoto, Jepang. Dari sana, ia diundang mengikuti “International Creative­Writing Program” di Universitas Iowa, Amerika Serikat.

Yudhis pernah menjadi redaktur majalah Le Laki (1976-1978), Tempo (1979-1981), Jakarta Jakarta (1985-1987), majalah Editor (1988-1993), dan Gatra (1995-2006).

Karya-karyanya yang memenangkan penghargaan: novel (Arjuna Mencari Cinta/1977, dan Mencoba Tidak Menyerah/1978), sandiwara (Wot atawa Jembatan/1977, dan Ke/1978), kumpulan sajak (Sajak Sikat Gigi/1976, 99 Sajak/2015, Jangan Lupa Bercinta!/2020, dan Alamatku Menemukanmu/2021).

.

.

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!