Puisi, Wan Hidayati, Waspada

KAYU LAUT

KAYU LAUT - Puisi-puisi Wan Hidayati

KAYU LAUT ilustrasi Istimewa

5
(1)

Puisi-puisi Wan Hidayati (Waspada, 12 Juni 2022)

MELAUT MERINDU

.

Ahoy…..

Di jala ada sembilang

di pantai ada tembikar

larut terkantuk dia merajut

tunggu ku melaut, merindu bisu

.

Ahoy…..

Kutuang kendi berasa garam

tak kurasa lidah mengulum asam

nantikan kanda sayang

nantikan jala penuh bersarang

.

Si buah hati

pastikan dia tidak tersapih

yakin kan aku di jauh kini

kuyakin gapai hatimu kasih

.

Nantikan kanda sayang

tak kan mabuk terserang ombak

hanya dirimu yang terkenang

rasa rindu menyerang

sampan melenggang

.

Aih…….terjebak lara

dirimu di seberang

Aih ……rindu menyusun seroja

.

 Jakarta, September 2019

.

.

.

 KAYU LAUT

.

Banting karang ke tepi pantai

tegar ombak merambat

tegar hadang perompak

tunduk pedang Teruna

.

Nyeri hati nyeri dada

tak dirasa sebab di lara

dendam bersarang

sebab kayu laut mendera

mengikis debur di kala senja

.

Tegar hati si tubuh kurus

tertepa angin kerisauan

menatap jauh…..jauh……..

sebab kayu laut menghalang langkah

.

Kayu laut tak terbelah

walau berjuta masalah

sampaikah aku ke seberang?

tetap tanya yang mengambang

citaku ada di sana….

.

Mengapa kayu laut menghadang sampan

hingga berkali-kali terjungkal

berilah aku RidhaMu ya Allah

agar kusanggup bertahan dengan semua kekerasannya

karena semua yang menghadang adalah jua ciptaanMu

kuyakin Engkau berikan jalan

.

 Medan, September 2019

.

.

.

ADAPTASI

.

Mercy….

merah darah di tubuh

.

Membara mengalir pembuluh

aku bernafas

di tengah lautan

menanti gas panas menaikkan permukaan

menuju putih terumbu karang

merobah pola panen dan kehidupan

.

Jangan putus ada petani di ujung dusun

biota yang bingung mencari habitat

adaptasi seluruhnya, tradisi

adaptasi keinginanmu

panas yang mengglobal

.

Adaptasilah

rubah masa tanammu pak tani

Baca juga  Neraka Bersarang di Mataku

perbaiki rumahmu nelayan

ciptakan serummu dokter

adaptasilah!

.

Paris, 2014

.

.

.

BERAGAM LEBIH BERARTI

.

Sepi membawa kesedihan

walau dengan teman sejenis

dan tanpa permusuhan

.

Lebih baik berebut lewati dinamika

mempertahankan prestasi bersama

walau dengan persaingan

.

Sejenis menjadi petaka

bukan menjadi raja

namun menuju kepunahan

melewati kesendirian

tanpa makanan adalah kesengsaraan

.

Lebih baik dengan keramaian

beraneka ragam dalam satu kehidupan

melewati dinamika

mempertahankan prestasi bersama

mengatasi permasalahan

melahirkan permasalahan

.

Keanekaragaman dalam kehidupan

meraih kesuksesan atasi kepunahan

beragam lebih baik.

.

2011

.

.

Wan Hidayati atau lengkapnya Dr. Ir. Hj. Wan Hidayati, M.Si lahir pada 6 April 1963. Dia adalah salah seorang seniman teater dan penyair perempuan Sumatera Utara yang konsisten dengan dunia seni yang digelutinya. Selain terus menggeluti teater, sejumlah puisinya juga telah diaransemen menjadi lagu dan dibukukan dalam antologi dwi bahasa, “Perdebatan di Tepi Danau Toba”. Pernah menjabat Kepala BLH dan Kadis Budpar Sumut, kini Wan Hidayati mencoba kembali fokus pada dunia seni yang pernah membesarkannya.

.

.

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!