Cerpen, Kedaulatan Rakyat, Muhammad Yusuf Shabran

Pintu Terlarang

Pintu Terlarang - Cerpen Muhammad Yusuf Shabran

Pintu Terlarang ilustrasi Joko Santoso (Jos)/Kedaulatan Rakyat

5
(1)

Cerpen Muhammad Yusuf Shabran (Kedaulatan Rakyat, 22 Juli 2022)

RUDIAN dan istrinya baru saja pindah di sebuah rumah dua lantai yang berdiri megah di pinggiran kota. Mereka membelinya dengan harga yang murah. Tidak ada rumah lain, selain bangunan tersebut di antara lahan yang dikelilingi kebun jeruk.

Kepindahan Rudian ke rumah barunya disebabkan ia yang haus akan ketenangan. Sebab, di tempat lamanya, pikirannya selalu dibuat kacau oleh para tetangga. Istrinya, Risa, kerap mengeluhkan keresahan yang sama.

Kini, mereka tidak perlu lagi menghabiskan tenaga, memikirkan kicauan yang bisa saja membuat mereka meninggal dunia.

Suatu hari, Rudian sedang membantu istrinya memasak makan malam. Ketika hendak mengambil pisau, ia melihat pintu kecil di bawah tangga yang menghadap ke arahnya.

Pintu dengan warna biru itu membuat Rudian penasaran. Namun, Risa yang baru keluar dari kamar mandi pun melarangnya.

Satu hari sebelum mereka pindah, penjual rumah memperingatkan Risa agar jangan sekali-kali membuka pintu di bawah tangga. Karena ia adalah tipe orang yang mudah percaya, Risa pun menurut saja.

“Kenapa kamu melarangku, Dik?” tanya Rudian.

“Tidak ada alasannya, Mas. Pokoknya jangan dibuka. Kamu enggak mau durhaka sama aku, kan?” ucap Risa seolah mengancam.

Bukannya mengindahkan larangan istrinya, Rudian justru semakin nekat untuk mendekati pintu itu.

“Hentikan langkahmu. Sudah kubilang, di situ tidak ada apa-apa.”

Rudian menjadi curiga dengan Risa. “Kamu tahu dari mana kalau di dalamnya kosong? Wah, berarti kamu sudah pernah membukanya. Alih-alih melarang, kamu malah menampakkan kesalahan.”

“Sudah-sudah, aku tidak mau ribut. Kubilang tidak pun, kamu pasti membantah lagi. Intinya aku hanya menjalankan.”

Baca juga  Binar yang Memudar dari Matanya

Rudian memotong pembicaraan Risa. “Halah, alasan saja kamu.”

Risa heran dengan sikap suaminya. Menurutnya, hal yang ia lakukan sudah benar. Namun, Rudian malah marah seolah itu tidak adil baginya. Meskipun begitu, Risa tetap tenang dan berniat meluluhkan hati Rudian setelah makan.

Sebetulnya, Risa pun penasaran dengan isi di balik pintu itu. Kebetulan juga Rudian tiada di rumah. Demi menjawab perasaan itu, maka ia mengendap-endap ke bawah tangga saat malam hari.

“Apa benar ada jasad di balik pintu ini? Ah, kubuka sajalah,” katanya dengan perasaan takut.

Begitu pintu dibuka, ia terkejut karena isi dari ruangan itu hanyalah kekosongan. Ia lega karena ketakutannya berakhir. Namun, di sisi lain, penyesalannya datang sebab melanggar janji, dan ia merasa bersalah atas sikapnya terhadap Rudian kemarin. Perempuan itu berharap suaminya tak mengetahui aksinya.

Sementara itu, dari balik jendela luar rumah, tampak Rudian yang mentertawakan perbuatan istrinya sedari tadi. Lalu, lelaki itu menelepon seseorang. Ternyata ia adalah si penjual yang ditemui istrinya beberapa hari lalu.

“Pak, rencana kita berhasil,” ucap si Penjual yang kemudian tertawa.

“Apa yang kamu bilang kemarin?”

“Saya bilang pernah ada yang mati di ruangan itu, Pak.”

Rudian menganggukkan kepala kemudian tertawa puas. “Bagus… terus buat dia takut. Besok kamu balik ke rumah dan sampaikan apa pun yang seram-seram, sementara aku tetap akan melakukan tugasku.”

Tanpa Rudian sadari, percakapannya didengar oleh Risa yang sudah ada di belakangnya. Tangannya memegang sapu dan bersiap untuk membuat kejutan karena ia telah mengetahui suaminya bersekongkol untuk menjahilinya. ***

.

.

Tangerang Selatan, Juni 2022
*) Muhammad Yusuf Shabran, lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 10 Juli 1997, merupakan lulusan Universitas Ahmad Dahlan

.

Pintu Terlarang. Pintu Terlarang.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!
%d bloggers like this: