Cerita Remaja Nimra Ramadani (Fajar Makassar, 04 September 2022)
INI adalah cerita dari sebuah kegagalan. Karena kegagalan itu tidak selamanya harus dipendam, ada kalanya kita harus menghargai dan juga berhak mengenang sebuah kegagalan, bukan melupakannya.
Dua tahun yang lalu, namaku dinyatakan lulus tes jalur SNMPTN untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas ternama di Gowa, dengan penuh perjuangan selama tiga tahun menempuh pendidikan di SMK sederajat terbayar lunas dengan dinyatakannya diriku lolos. Ucapan selamat dari teman dan guru aku dapatkan, wajah bahagia dari ibuku terpancar, ibu mana yang tidak bahagia jika mengetahui anaknya bisa lolos tanpa harus tes lagi ya kan?
Tapi berbeda dengan ayahku, dia tidak bahagia atas kelulusan diriku, tapi aku tidak masalah soal itu karena memang dari dulu ayah tidak pernah mendukung pendidikanku, dan yang membiayai pendidikan selama ini hanya ibu.
Satu bulan setelah dinyatakan lolos, tidak lupa diriku ikut mendaftar beasiswa Bidikmisi di kampus tersebut, dengan semua syarat dan ketentuan yang telah aku ikuti, aku kembali dinyatakan lulus dan wajib mendapatkan beasiswa. “Alhamdulillah, lagi-lagi keburuntungan berada di tanganku,” batinku waktu itu.
Tapi siapa yang tahu, setelah semua keberuntungan yang kudapat, ternyata ada kalanya aku juga mendapat kegagalan. Satu minggu setelah pengumuman, panitia Bidikmisi menghubungiku lewat pesan WhatsApp.
“Selamat siang, Dek, jadi begini, nomor NIK pada KTP kamu belum aktif di Kemendagri, jadi untuk bisa melakukan pencairan beasiswa kamu harus mengaktifkannya di Capil dulu, kami beri waktu tiga hari ya.” Begitulah pesan yang dikirim oleh pihak panitia kepadaku.
Aku pun membalas pesan tersebut, “Oooiye, Pak, nanti setelah jam kuliah saya selesai, saya akan pergi ke Capil.”
Kala itu aku bingung sekali liburku hanya ada di hari Rabu, Sabtu dan Minggu, lalu bagaimana caranya aku bisa ke Capil. Walaupun waktu itu masih kuliah online tapi aku juga sangat berat untuk bolos.
Tiga hari setelah aku dari Capil di daerahku, ternyata belum juga ada hasil. NIK-ku masih saja belum aktif, kemudian panitia memberiku waktu empat hari lagi, namun setelah ke hari ke empat tetap saja sama hasilnya, padahal aku sudah mengirim email ke Kemendagri atas permohonan pengaktifan NIK tapi nihil sekali hasilnya, dan di hari terakhir itu panitia meneleponku lalu menanyakan soal NIK-ku, tapi kujawab belum aktif juga.
Lalu pihak panitia mengatakan, “Dek, mohon maaf sekali karena kami sudah memberi banyak waktu sedangkan seluruh beasiswa harus segera dicairkan dan tinggal kamu saja yang belum aktif KTP-nya, maka dengan berat hati kami mengatakan bahwa beasiswa kamu dialihkan saja ke mahasiswa lain.” Ucap seseorang di seberang sana.
‘Deg’ yang kurasakan saat itu seperti ada sesuatu yang menikam dadaku, dengan suara bergetar kujawab, “Pak, tolong kasih saya waktu satu hari lagi, Pak.”
Tapi kata panitia sudah tidak bisa lagi, ikhlas tidak ikhlas, aku hanya bisa pasrah pada waktu itu.
Besoknya aku coba membuat rekening online hanya untuk memastikan apakah NIK-ku sudah aktif atau belum, dan ternyata di hari itu juga NIK-ku sudah aktif dan sudah bisa untuk melakukan pembuatan rekening. Lalu aku mencoba menghubungi lagi panitia, aku mengatakan bahwa NIK KTP-ku sudah aktif lagi, tapi sayangnya kesempatan untuk mendapatkan beasiswa itu sudah tidak bisa lagi karena sudah dialihkan ke mahasiswa lain.
Aku sangat kecewa, aku sangat menyayangkan keputusan panitia, tapi mau bagaimana lagi yang namanya rejeki sudah ada yang mengatur, dari kejadian ini aku belajar satu hal bahwa tidak semua yang kita usahakan dan perjuangkan akan mendapatkan hasil yang sesuai keinginan kita, tapi ada kalanya Allah akan menunjukkan kekuasaan lainnya untuk menguji kesabaran hamba-Nya. ***
.
.
NIMRA RAMADANI, perempuan berusia 19 tahun. Lahir di Bulukumba, 26 November 2002. Email: nimra26rmdn@ gmail.com
.
Arti dari Sebuah Kegagalan. Arti dari Sebuah Kegagalan.
Leave a Reply