Cerita Anak Rosni Lim (Analisa, 15 Desember 2013)
FERNANDO adalah anak yang malas. Dia duduk di kelas V SD. Papanya telah meninggal 2 tahun lalu, mamanya bekerja sebagai penjahit baju untuk membiayai hidup mereka dan menyekolahkannya. Walaupun mamanya telah bekerja keras, namun Fernando tidak perduli pada kesusahan mamanya. Setiap hari kerjanya hanya keluyuran dan enggan membantu pekerjaan rumah.
Di kompleks perumahan, teman-teman sepermainan Fernando tidak menyukainya disebabkan sifatnya yang suka mengacaukan permainan. Di sekolah, bila guru memberikan PR, dia tidak pernah mengerjakan, bila ada ujian, dia pun tidak mau belajar sehingga selalu mendapatkan nilai jelek.
Mama Fernando telah lelah menasehatinya supaya menyingkirkan sifat jeleknya itu, tapi Fernando tidak mengindahkan sedikit pun nasehat mamanya itu.
Suatu hari, mama Fernando jatuh sakit, beliau tidak bisa bangun dari tidurnya dan cuma berbaring di ranjang dengan tubuh lemah, wajahnya pucat dan bibirnya gemetar. Fernando yang melihat kondisi mamanya, merasa khawatir.
“Ma…. Ma…, Fernando lapar,” katanya sambil mengguncang-guncangkan bahu sang mama. Saat itu jam telah menunjukkan pukul 11.00 siang.
Mama Fernando membuka sedikit matanya dan bergumam lemah, “Nak, di atas mesin jahit ada dompet Mama, coba kamu ambilkan.”
Dengan segera, Fernando berjalan mendekati mesin jahit dan mengambilkan dompet yang dimaksud. Sang mama membuka dompet itu dan mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu, “Ini…, kamu beli nasi bungkus saja di luar, Mama tidak punya tenaga untuk memasak hari ini.”
Fernando menerima uang yang diberikan mamanya. Dia melihat tingkah mamanya yang membongkar isi dompetnya yang cuma bersisa sepuluh ribu.
Ah, uang segini mana cukup untuk ongkos becak ke dokter dan tarif dokter? Belum lagi harus menebus resep obat nanti.
Fernando seolah mengerti apa yang dipikirkan mamanya, tapi karena perutnya sudah lapar dia pun cepat-cepat keluar rumah untuk membeli makanan dan menyantapnya dengan lahap.
Tiba-tiba dia menyesali dirinya yang begitu malas selama ini. Saat mamanya sedang sehat dan menyuruhnya belajar dia tidak mau, tapi saat mamanya sakit dia ingin belajar malah tidak bisa.
Fernando berjalan keluar lagi dari dalam rumah. Dia berkeliling kompleks melihat satu persatu rumah tetangganya. Sebenarnya, dia ingin memanggil mereka dan meminta tolong supaya membawa mamanya ke dokter atau meminjam uang. Tapi bila teringat sifatnya yang jelek selama ini, tidak pernah sopan pada siapapun, akhirnya dia merasa malu sendiri.
Akhirnya Fernando berjalan ke sekolahnya yang berjarak dua ratus meter dari rumahnya. Di sana, lonceng pulang telah berbunyi, tapi anak-anak masih berkumpul di ruang kelas.
Hari itu sekolah Fernando kedatangan tamu seorang ilmuwan yang ingin menguji kepintaran anak-anak didik di sekolah itu. Dia memberikan kertas ujian 30 soal, bagi murid yang bisa menjawab dengan benar ke 30 soal tersebut, akan diberikan hadiah Rp 300.000,-
Dalam hati, Fernando ingin sekali ikut ujian itu, karena uang Rp 300.000,- pasti akan cukup untuk membawa mamanya berobat ke dokter. Tapi karena selama ini Fernando adalah seorang anak yang malas, maka tidak mungkinlah dia bisa menjawab soal-soal itu dengan benar. Nilai ujian di sekolahnya saja jelek. Karena itu Fernando pun pulang kembali ke rumah dengan kecewa.
Hari telah magrib, karena lelahnya Fernando duduk tertidur di samping ranjang mamanya. Dalam tidurnya, Fernando bermimpi didatangi papanya.
Beliau berkata, “Fernando, mamamu sedang sakit keras. Kamu bawalah dia ke dokter. Di atas lemari baju, ada sebuah celengan tua yang papa tabung duitnya sejak kamu kecil. Bukalah celengan itu dan ambil uangnya untuk berobat.” Sehabis berpesan begitu, papanya pun menghilang dalam mimpinya.
Setelah terbangun, Fernando buru-buru mengambil kursi untuk memanjat di dekat lemari baju dan menggapai celengan tua yang ada di atasnya. Setelah dipecahkan, di dalamnya ternyata berisi uang Rp 500.000,-.
Dengan segera, Fernando memanggil becak di depan rumah dan membopong mamanya dari tempat tidur lalu dibawa berobat ke dokter. Setelah dua hari, mamanya sembuh kembali.
Sejak saat itu, Fernando berubah menjadi anak yang rajin dan berbakti pada orangtua. Di sekolah, dia menjadi anak yang pintar dan juara kelas karena rajin belajar. Teman-teman pun menyukainya karena sifatnya yang baik. ***
.
Anak yang Menyesal. Anak yang Menyesal.
Leave a Reply