WAJAH istri Mang Oleh tiba-tiba menjadi trenyuh saat melihat di pergelangan kaki kiri suaminya ada luka menganga.
“Pak, ini kenapa?”
“Ya… terkena cangkul. Tadinya membidik lintah, eh meliuk terus di lumpur, jadinya malah salah sasaran.”
Mang Oleh lalu meneruskan bicara, “Mencangkul di sawah orang itu letih. Capai setiap hari.”
Istri Mang Oleh menimpali, “Sabar tanpa batas, Pak. Segini mungkin rezeki kita saat ini.” Pergelangan kaki terluka, seperti lima tahun lalu, terulang kembali. Berarti besok Mang Oleh terpaksa libur.
“Pak, hari ini beras sudah habis. Bagaimana untuk buka puasa besok?”
Mang Oleh memberikan semua uangnya. “Ini untuk beras 1 kg, sebagian untukku berobat.”
Istrinya menerima dengan dingin, dan memisahkan 1 lembar 20 ribu.
“Bapak besok pagi harus ke Pukesmas, pulangnya beristirahat saja, jangan memaksakan bekerja. Sedangkan aku, akan menanam padi di sawah orang.”
***
Sepulang dari Puskesmas, hari belum begitu siang, Mang Oleh ingin makan ikan untuk nanti berbuka puasa.
“Aku mau ke sungai untuk memancing ikan. Sudah cukup lama tak ke sana, tentulah ikan-ikan sudah beranak-pinak.”
“Jangan dulu, nanti lukamu tambah parah. Istirahatlah.”
Namun Mang Oleh kukuh ingin memancing. Istri Mang Oleh hanya bisa mengingatkan, “Ya, tapi hati-hati, perban jangan sampai terkena air. Jangan sampai infeksi. Kata suster Puskesmas juga begitu, kan?”
Maka dengan berbekal satu pancingan dan satu koja, Mang Oleh bersiap pergi sendirian. Demikian pula istri Mang Oleh, pamit.
Rupanya di sawah telah tampak pula ibu-ibu tetangga, terlihat sedang menancapkan ikatan benih-benih padi satu demi satu. Semua berbaju lusuh, dengan kepala ditutupi kain samping. Udara yang panas dan lumpur yang membelepoti tubuh mereka tidak menjadi halangan untuk terus menanam harapan-harapan. Istri Mang Oleh pulang terakhir karena tadi terlambat datang.
Seraya menunggu azan Magrib berkumandang, Mang Oleh melamun, sesekali menatap pergelangan kaki kirinya yang ditutupi kain kassa, juga sesekali dielus-elusnya.
Suara azan pun terdengar.
Istri Mang Oleh berkata, “Dari hasil memancing, kita bisa berbuka di hari kelima puasa dengan lauk pauk ikan. Dari upah menanam padi, kita bisa membeli beras. Tetapi bagaimana dengan esok, Pak?”
“Kau menanam padi lagi, aku pun memancing lagi.”
Bandung, Maret 2021
*) Gandi Sugandi, alumnus Sastra Indonesia Unpad tahun 2000. Mulai tahun 2002 bekerja di Perum Perhutani. Tahun 2014, 2015 mendapatkan penghargaan sebagai karyawan berprestasi. Saat ini sebagai staf Komunikasi Perusahaan KPH Bandung Selatan.
Leave a Reply