Puisi-puisi Iyut Fitra (Koran Tempo, 12 Februari 2023)
hari pertama
.
jalanan riuh
kota-kota riuh
gulungan sepi tiba-tiba
para pejalan berbaris bimbang. lalu tertegun
menatap lampu-lampu
tiang-tiang cahaya
ke mana arah pulang?
waktu hanyut seiring usia
menenggelamkan tahun-tahun penuh dosa. berungguk-ungguk
.
“kuhimpun setiap sesal
setiap yang dimaniskan oleh dunia
untuk kutumpahkan pada hari pertama.”
mungkin kaucatat kata seseorang berwajah murung. entah siapa
.
para pejalan itu, jamila
pengembara yang merasa tak pernah tersesat
bergerak dengan kepala tertunduk
di jalanan riuh
di kota-kota riuh
mengeja doa demi doa
.
(kita, entah siapa. mungkin terus mencatatnya)
.
Payakumbuh
.
.
.
masih pantaskah kita bertemu
.
berkali-kali kutinggal dan engkau terus menunggu
masih pantaskah kita bertemu?
mungkin telah lebih lima puluh musim
semenjak kanak-kanak bergayut di dada ibu
bermain hujan dan layang-layang
ketapel juga sepak tekong
lalu terdengar suara azan dari surau kayu
di sebelah rumah yang pohon-pohonnya tak lagi berbuah
pohon-pohon yang kemudian ditebang dan dilelang
di antara musim itulah aku mulai melupakanmu
.
“berulang-ulang engkau mengirim surat
berulang-ulang pula aku melupakan
pada dunia yang berpacu ternyata aku lebih cemburu.”
kutulis kalimat tersebut di dinding rumah yang mungkin tak kau kenali lagi
warnanya
.
di dadaku musim terus bertumpuk
kini aku mencarimu di taman-taman kota
di lengang yang riuh
gelisah dan cemas
juga di surau kayu yang telah lama rubuh
.
“jamila, masih pantaskah aku menemuimu?”
.
Payakumbuh
.
.
Iyut Fitra lahir dan menetap di Payakumbuh, Sumatera Barat. Buku puisinya yang berjudul Lelaki dan Tangkai Sapu meraih penghargaan sastra Kemendikbud pada 2020. Buku puisi terbarunya adalah Kepadamu Kami Bicara.
.
a ba ini ibu ba PAK ya itu dia huy yup du a sa tu o ne tu tri for fa if al if ba ta tsa ja ha kho. a ba ini ibu ba pak ya itu di a huy yup dua sa tu o ne tu tri for fa if a lif ba ta.
Leave a Reply