Agung Wicaksana, Koran Tempo, Puisi

CHE

CHE - Puisi Agung Wicaksana

CHE ilustrasi Imam Yunni/Koran Tempo

3
(2)

Puisi Agung Wicaksana (Koran Tempo, 03 Desember 2023)

CHE

.

Viva Cuba!

Pekik itu terdengar

dari sekelompok pemberontak yang

hendak mencekik Batista

bertahun-tahun lalu

.

Tapi di atas meja, kini,

jika bisa, sejarah akan

memunguti air matamu juga

senyum tipismu yang tercecer

di berbagai jalur gerilya

.

Adalah purnama, yang tercermin di lautan

Suara ombak bebas ditafsirkan

seperti puisi Miguel Otero Silva tentang

jalan, hujan, jendela, atau

tentang yang tak ada hubungannya

sama sekali dengan

pelukan yang

tak kuasa menjangkau

pundak orang-orang lapar

datang dan pergi

dengan tanpa siapa-siapa

selain pertolongan tak henti

berdengung di telinga

.

Niatku barangkali juga

jari-jari menimbang-nimbang

kadar kemurnian

sebuah gelang

di pasar, di etalase toko,

di sunyi yang berdesakan

di sebuah kotak usang

.

Tapi daging dan roti

yang terhimpun di barak-barak

adalah kejutan

yang tak berketuk diberi,

yang tak berpamit pergi

Kebaikan tak ubahnya pita suvenir!

.

Ini mungkin keputusan

selagi alam liar

mencegah maju peradaban

dan para perempuan

mengangankan salju

meleleh dari pucuk-pucuk liana

.

Aku di sisimu

dalam petualangan terbaik

saat kita tidak mengetahui rute

dan turun di sebuah tempat

yang tinggi

.

Maka aku akan tetap membaca dan menulis

karena masih lebih baik

aku dipuja sekaligus dibenci

Sebab hanya olehmu

aku diakhiri

dengan tanpa rahasia

.

Surabaya, 1 Mei 2023

.

.

GIRI SAPTO

.

1/

beberapa kali aku ingin mati

raib dan menjadi gaib

memikul waktu ke asali

.

membiarkan delapan kuda dalam pigura

menemukan penunggangnya sendiri

membebaskan ikan-ikan berserupa

batuan bening; selintas diintai kehendak

sepintas luput sebagaimana hari-hari

.

2/

beberapa kali aku ingin mati

dengan mengingat kisah sengsara di kalvari,

Baca juga  Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis

dengan bibir sewarna anggur crimson yang

tak sentimen terhadap putaran sloki

.

tenggelam dalam lengking violin

mengenangkan sambutan hangat

kendati yang masuk ke pelantang

ditimbulkan lewat kerongkongan yang tak

menenggak lirih dan serak, suara berpihak

pada yang robek, yang koyak

.

3/

mawar tak berpisah dari tangkai

melati tak bercerai dari batang:

aku ingin mati dan tak harus dikenang

.

syahdan kematian menjamah pundakku

seperti keajaiban, dengan tanpa isyarat menggenggam

pergelangan tanganku dan membimbing langkahku

ke hamparan rumput tak melulu hijau

di tepi sungai alangkah mengasyikkan

menyaksikan penampilan air yang tak menerus tenang

.

4/

suatu kali kematian datang kepadaku

dengan membawakanku kehidupan

seseorang membunyikan violin itu lagi

seseorang menari seperti sihir dalam puisi

.

cahaya membandang dari lukisan di belakang

matahari, seperti matahari yang sangat besar,

yang menghanyutkan bayang-bayang salah dan benar

di ambang riuh tepuk tangan

.

Yogyakarta, April 2023

.

.

Agung Wicaksana lahir di Surabaya pada 15 September 2000. Buku puisi alumnus Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini bertajuk Fanatorium (2017).

.
CHE.

Loading

Average rating 3 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!