Faris Al Faisal, Puisi, Republika

HARUM CENGKIH DI CANGKIR TEH

HARUM CENGKIH DI CANGKIR TEH - Puisi Faris Al Faisal

HARUM CENGKIH DI CANGKIR TEH ilustrasi Da'an Yahya/Republika

0
(0)

Puisi Faris Al Faisal (Republika, 21 Juli 2024)

HARUM CENGKIH DI CANGKIR TEH

.

Kau telah merebus fajar hingga mendidih

Menyeduhkan daun teh dan sesendok gula

Diraihnya bunga cengkih

Dilemparnya dengan menakjubkan

.

Secangkir kemegahan itu berasap-asap

Baunya menggelitik bulu hidung

Susut oleh gurauan burung berjambul kuning

Pagi yang mengalir hangat

Menjatuhkan embun di keningmu

Campur aduk dengan bedak

Juga secoret lipstik

Membekas di bibir cangkir

.

Aku tak tahu bagaimana memotret momen ini

Saat tenang-tenangnya hari berseri

Lingkar bening matamu sejernih kristal

Kutatapi dengan tak berkedip bayanganmu

.

.

.

CANGKANG MERAH KEPITING

.

Dari perut tambak kuikat dua capitnya

Kumasukkan dalam tabung kembu

Sebelum bertemu api di tungku batu

.

Kujerang air di dalam periuk

Setelah memanggulnya dari lubuk Cimanuk

Seujung sendok garam dapur pun lebur

.

Kepiting-kepiting terbakar

Sebentar lagi cangkangnya memerah

Seperti pipi kekasihku

.

Tutup tungku melonjak gembira

Bunyi uap panas mengudara

Dan asap rebusan menabrak hidung

.

Oh, kubayangkan ia dalam mangkuk

Punggungnya perlahan kusibak

Mengintip rahasia di balik cangkang

.

Gelimang telurnya yang jingga bagai senja

Tak pernah ragu kuberikan padamu

Begitu hendaknya akan sebuah ketulusan

.

Aku memecah capit dan memetik dagingnya

Menyuapkan untukmu dengan kehangatan

Bersama sisa waktu kita mencecap sunyi tambak

.

.

.

IKAN BELANAK TERBUNGKUS DI DAUN PISANG

.

Ikan belanak

Terbungkus di daun pisang

.

Daun kemangi

Terperangkap di dalamnya

.

Arang kayu asam

Membara dengan nyala

.

Aroma daun terbakar

Liat kelihatan berminyak

.

Harum bumbu pepes

Memanggil gemericik tetes liur

.

Perlahan sebagian daun gosong

Dibalik seperti telapak tangan

.

Tak ada yang ingin segera dijumpa

Kecuali butir-butir nasi

.

Sambal yang ditumbuk di cobek batu

Baca juga  Lelaki yang Bahagia Dipanggil Panjul

Menemani irisan timun dan kol

.

Setelah diangkat dari perapian

Di meja makan kau tampak menawan

.

Tangan-tangan kelihatan gemas

Mencubit gurih daging

.

Aku terus mendedah

Menyuarakan isi di hati

.

Sajak ikan belanak

Meninggalkan jejak di lidah

.

.

.

LAPIS MANIS

.

Aku masukkan:

Tepung beras

Tepung kanji

Sedikit garam

Gula

Vanili

.

Tanganku mengaduknya

Sampai semua bercampur

.

Perasan kelapa seputih susu sapi

Merasuk sampai menjadi adonan

Terasa licin dan berminyak

.

Dua loyang membagi:

Satu dibiarkan tanpa warna

Dua dibubuhi air perasan pandan

.

Sebuah loyang untuk mengukus

Disiapkan setelah diolesi minyak kelapa

Sekelilingnya telah panas

.

Aku tuangkan adonan pertama

Kutunggu sampai mengeras

.

Adonan kedua kutuang

Sudah tampak lapisan

.

Aku ulang hingga beberapa lapis

Sampai seperti pelangi di langit

.

Di meja setelah diiris-iris kecil pada piring cantik

Aku menguyah lapisan manis tepung beras

.

Setiap habis lapis pertama

Kunikmati lagi lapis kedua

.

Seakan bahagia pun berlapis-lapis

Manakala kulihat pelangi di matamu

.

.

.

PIRAMIDA POCI KETAN

.

Piramida-piramida kecil

Adonan tepung ketan dan santan

Dibungkus daun pisang

.

Dikukus pada anyaman bambu

Dalam dandang tembaga

.

Pada ruang sempit kerucut

Tubuhnya mengalami kematangan

.

Poci-poci ketan

Dengan isi enten-enten

(parutan kelapa dan gula merah)

Meminta ditelanjangi

Sudut-sudutnya begitu lancip

Digigit sedikit demi sedikit

Memecah manis lumer di lidah

.

Pada ritus pengantin

Ia dihidangkan sebagai puncak impian

Mendaki bahagia

.

.

.

KELEPON HIJAU

.

Tepung ketan

Disiram air perasan pandan

.

Dibuat bola-bola kecil

Berisi gula merah

.

Menggelinding dalam kukusan

Mewarnai hijau sore

.

Parutan kelapa

Bertaburan bagai hujan salju

.

Potongan-potongan daun pandan

Sesekali tersenyum di sela bulatan hijau

.

Aroma harum daun

Rimbun mekar di hidungku

.

Dipungut sebiji-sebiji

Seperti memetik butir tasbih

Baca juga  Suatu Hari di Dalam Metro Mini

.

Di dalam mulut

Gula merah memecah

.

Meninggalkan kenangan manis

Mirip lalumu di bibirku

.

.

Faris Al Faisal, penyair. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu dan Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu. Ia bisa dihubungi di ffarisalffaisal@gmail.com.

.
HARUM CENGKIH DI CANGKIR TEH.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!