Fileski Walidha Tanjung, Majalah Sastra Pusat, Puisi

TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA

TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA - Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung

TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA ilustrasi Istimewa

3
(2)

Puisi-puisi Fileski Walidha Tanjung (Majalah Sastra Pusat Edisi 29/2024)

LADANG YANG LUPA NAMA

.

Dulu, cangkul itu bernyanyi seperti pagi,
menyulam tanah jadi lumbung doa.
Kini, ia berkarat di sudut rumah mewah,
tanpa mau merasakan terik sang surya

.

Kita tinggalkan padi,
merantau dalam janji kota-kota besar,
menukar lumpur dengan beton,
menyulam rembulan dengan benang buatan asing.

.

Desa kini bertopi emas,
tapi sawahnya kosong,
menunggu nafas yang tak pernah kembali.

.

Anak-anak kita tak kenal ladang,
tak mengerti harum jerami.
Mereka lebih hafal merk-merk branded  
daripada isyarat hujan.

.

Siapa yang akan menanam waktu
ketika akar lupa pulang?
Siapa yang akan memanen cinta
ketika rumah hanya jadi pajangan foto di masa bujang?

.

Di sini, kita kaya dalam hampa,
kesenjangan tumbuh seperti rumput liar,
dan ladang itu, ah,
telah melupakan nama kita.

.

2024

.

.

.

TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA

.

Di altar logam, mereka sujud,
menyebut nama Tuhan yang tercetak angka.
Keringat menjadi pajangan,
keringnya harga diri menjadi persembahan.

.

Dosa dilipat seperti surat kontrak,
disegel janji palsu,
dan diarak di jalanan pasar.
Orang-orang menjual jiwa,
menawarkan hati dengan senyum plastik.

.

Di ruang rapat, meja-meja berbisik:
“Berapakah harga sebuah kejujuran?”
Di trotoar malam, tubuh-tubuh melangkah:
“Berapa nilai sebuah kehormatan?”

.

Uang, pahlawan dalam dompet,
menumbangkan iman di medan akuntansi.
Kebenaran adalah komoditas,
laku keras di lelang angan-angan

.

Dan ketika langit menghisap nafas terakhir,
hanya sunyi yang tak dijual
dalam hiruk-pikuk dunia yang hilang akal.

.

2024

.

.

.

ANAK-ANAK YANG TERPERANGKAP LAYAR

.

Mereka lahir dari pelukan algoritma,
dibesarkan oleh jari-jari yang mengetuk hampa.
Sekolah hanyalah jeda,
sebuah ruang yang tak pernah mereka masuki
karena dunia sudah terlipat dalam layar kaca.

Baca juga  Kisah-Kisah dari Pulau Buru dan Lainnya

.

Ponsel itu, ibu kedua
yang tak pernah memeluk,
hanya mengisi kekosongan
dengan cahaya dingin dan suara asing.

.

Orang tua, sibuk membangun istana dari waktu,
tapi lupa menganyam selimut kasih sayangnya.
Di meja makan yang sepi,
anak-anak bercakap dengan game,
memanah mimpi mereka sendiri.

.

Mereka tidak bolos sekolah,
tapi tersesat di labirin maya,
menempuh level-level yang tak ada ujungnya.

.

2024
.

.

.

SURGA YANG SEMPIT

.

Mereka berjalan dengan kitab-kitab di tangan,
menyandang kata suci di dada,
tapi tak membawa cinta di hatinya.
Lidahnya sebilah pedang,
mengiris perselisihan dan melantangkan bara

.

Di bawah langit yang satu,
mereka mendirikan tembok-tembok
dari doa yang melupakan makna.
Pintu surga dijadikan piala,
hanya untuk dipamerkan,
bukan untuk seluruh umat manusia.

.

Mereka mabuk dalam bayang-bayang dogma,
mengira iman adalah senjata,
bukan sebagai lentera.
Padahal Tuhan tak butuh tentara.

.

Di tengah gaduh keyakinan,
senandung toleransi pun terdiam,
tak lagi punya rumah
dalam relung jiwa-jiwa yang sempit.

.

2024

.

.

.

CERMIN YANG LUPA WAJAH

.

Di pesta-pesta layar, mereka menari,
mengenakan topeng dengan kilauan palsu.
Kebahagiaan adalah sorakan penonton,
bukan nada yang tumbuh dari dalam jiwa.

.

Mereka menjahit tawa di pakaian mahal,
memahat senyum di foto berfilter,
tapi menangis dalam sunyi,
karena bahagia telah menjadi sandiwara.

.

Haus, selalu haus,
pada pujian yang tak mengisi jiwa.
Cermin menjadi altar,
memantulkan bayang-bayang yang lupa wajah.

.

Di dunia yang congkak ini,
kemanusiaan terjatuh di tepi panggung.
Tak ada lagi tangan yang saling menggenggam,
hanya bertepuk untuk diri sendiri.

.

Dan ketika layar mati,
apa yang tersisa
selain kehampaan yang ditinggalkan cahaya.

.

2024

.

.

Fileski Walidha Tanjung. Lahir di Madiun pada 21 Februari 1988, adalah seorang penulis, musikus, penyair dan pendidik di bidang Seni Budaya. Dikenal melalui karya puisi, prosa, dan esai yang terbit di berbagai media massa.

.
.
TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA. TUHAN KITA ADALAH ANGKA-ANGKA.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!