Cerpen, Suara Merdeka, Titi Setiyoningsih

Istri Keempat Tuan Bisma

Istri Keempat Tuan Bisma - Cerpen Titi Setiyoningsih

Istri Keempat Tuan Bisma ilustrasi Suara Merdeka

4
(1)

Cerpen Titi Setiyoningsih (Suara Merdeka, 23 Februari 2025)

“KORBAN hamil empat bulan,” kata dokter forensik itu lugas.

Suamimu yang kini telah tiada tak juga berhenti memberi kejutan. Kau segera menghubungi polisi rekan kerjamu, meminta penyelidikan sembunyi-sembunyi tentang latar belakang perempuan berinisial RD.

Tujuh hari pengajian digelar, selama itu pula kau terus dibayangi mimpi tentang suamimu. Laki-laki itu berdiri diam di seberang jalan. Memandangimu dengan raut penyesalan. Rasa-rasanya kamu ingin mengatakan sesuatu padanya. Tapi dunia mimpi memiliki aturan sendiri. Tak ada kata yang berhasil kau ucap. Pun tak ada pelukan yang selama ini kalian tunaikan saban malam. Seperti ada sekat bening tak kasat mata di antara kalian. Lalu muncul bocah laki-laki itu dari balik kabut. Kembali ia menarik tangan suamimu ke dalam kegelapan hutan asing bersalju.

Dering telepon membangunkanmu. Dari rekan polisi. Dia mengabarkan telah berhasil melobi pertemuanmu dengan pihak suami RD. Pagi itu juga kau kemasi barang-barangmu untuk pergi ke kota itu. Pesawat yang kau tumpangi lepas landas tepat di jadwal penerbangan pertama. Dari balik jendela pesawat, nun jauh di bawah sana, tampak gugusan pulau.

Terkenang masa-masa bulan madumu, tujuh tahun yang lalu dengan mendiang suamimu. Apa yang salah dengan pernikahan kami? Berkali-kali kamu bertanya pada diri sendiri. Mungkinkah dia mulai bosan denganmu yang tetap memilih tidak memiliki momongan? Tapi rasanya mustahil, alasan dia melamarmu karena satu hal: kalian berdua sama-sama tidak menginginkan anak. Childfree.

Tujuh tahun ini, yang kamu tahu, kalian berdua bahagia. Semua berjalan seperti seharusnya. Hingga tujuh hari lalu, pukul satu dini hari, rekan polisi menelepon. Suamimu kecelakaan tunggal, meninggal di tempat. Kondisi mobil terbakar dan pengemudi ditemukan sudah tak bernyawa dengan luka bakar 90 persen. Tapi dia tidak sendirian, ada seorang perempuan juga telah meleleh di sampingnya tergeletak mati. Barang-barang pribadi dalam mobil hangus, tak ada jejak yang bisa kamu telusuri selain identitas perempuan itu.

Kejadian semacam itu biasanya sudah viral. Demi persahabatan, kata rekanmu, para polisi berusaha menutupinya. Wajahmu selamat di muka publik, tapi tidak dengan jiwamu. Apalagi setelah dokter memastikan bahwa perempuan itu tengah hamil 4 bulan. Anak siapakah itu? Jangan-jangan darah daging suamimu? Atau memang anak suaminya? Banyak tanda tanya menjangkiti otakmu seperti virus zombie yang membuatmu serupa mayat hidup dalam seminggu ini. Udara di sekelilingmu makin hari penuh dengan pertanyaan dan dugaan menyakitkan. Paru-parumu terasa sesak dan lehermu kian tercekik.

Baca juga  Dia yang telah Kubunuh

Kini taksimu tiba di tempat perjanjian 30 menit lebih awal sebelum jam makan malam. Seorang pelayan berwajah oriental dengan kimono bermotif sakura menyambutmu.

“Mari saya antar, Nyonya,” katanya tanpa basa-basi. Pelayan itu membimbingmu melewati beberapa lorong, taman-taman bonsai, dan air mancur mungil khas Jepang. Langkahmu makin jauh, lampu-lampu makin redup, hingga kalian tiba di sebuah ruangan paling jauh dan cukup aman untuk menampung segala rahasia.

“Mohon Nyonya berkenan menunggu.” Pelayan itu menyajikan teh hijau untukmu lalu beranjak pergi. Gemericik air mancur dan sungai buatan sejenak membuatmu terlena. Seseorang menggeser pintu ruangan. Muncul dua sosok, laki-laki tua dan asistennya. Kamu berdiri dan mengangguk sopan.

Laki-laki tua itu tersenyum lembut, “Maaf membuat Anda menunggu. Perkenalkan saya sekretaris Tuan Bisma.”

Laki-laki tua itu berbahasa dengan sangat formal. Mula-mula menyatakan belasungkawa atas kematian suamimu, menanyakan perjalananmu tadi, setelah itu memintamu memilih menu makan malam.

Hidangan pembuka tiba saat laki-laki tua itu memulai pembicaraan. “Malam ini saya diutus Tuan Bisma untuk datang mewakilinya. Saya ini semacam asisten pribadi beliau. Sudah bekerja untuk keluarga beliau sejak saya sendiri belum lahir, meneruskan ayah saya yang juga meneruskan kakek, juga kakek buyut kami,” ungkapnya terkesan hangat. “Tapi ini bukan tentang saya, ini soal Tuan Bisma.”

Bertuturlah laki-laki itu, mengisahkan Bisma yang masih keturunan pedagang Gujarat. Keluarganya merupakan billioners dan akan tetap demikian sampai kapan pun. Bisma lahir dan tumbuh seperti anak pada umumnya. Tak ada yang aneh. Sampai suatu hari saat mereka berlibur ke India, seorang peramal mendatangi Bisma dan mengatakan bahwa ia akan mati dibunuh oleh putranya sendiri. Setiap hari, berbulan-bulan, Bisma muda memikirkan kata-kata peramal itu. Sampai timbul pikirannya untuk tidak menikah. Ayah Bisma sekonyong-konyong murka, dia tak menyangka anaknya akan percaya pada peramal sinting itu. Apalagi Bisma sudah ditunangkan dengan kerabat mereka sejak masih bayi.

Mendengar berita itu, tunangan Bisma datang. Mereka berdua berbincang serius di dalam kamar. Tak butuh waktu lama untuk tunangannya meyakinkan Bisma. Mereka tetap akan menikah, bercinta layaknya sepasang suami istri, tapi tak akan memiliki anak. Bisma tak perlu berselibat. Beberapa dokter spesialis dipanggil ke rumahnya, mereka diminta untuk memotong saluran sperma dari testis Bisma. Dengan kata lain, Bisma telah disterilisasi.

Menu utama tiba saat hidangan pembuka selesai disantap. “Setiap makanan diciptakan sedemikian unik. Tak mungkin rasanya semalaman ini kita hanya memakan hidangan pembuka tadi,” kata laki-laki tua sebelum melanjutkan kisahnya.

Baca juga  Sepasang Kekasih yang Menyukai Senja

Demikian yang selalu Bisma katakan. Dia ingin cita rasa yang lain, tapi tidak dengan perbuatan zina. Seizin istri pertamanya, tujuh tahun setelah pernikahan mereka, Bisma menikah lagi dengan dua perempuan sekaligus. Kakak beradik kembar yang menurutnya terasa seperti menu hidangan utama. Istri pertama tetap menempati rumah keluarga. Si kembar tetap tinggal di kota asal mereka. Mula-mula Bisma sering berkunjung ke tempat Si Kembar, tapi lama kelamaan ia enggan juga. Kadang sebulan sekali, malah pernah tiga bulan baru jumpa. Tapi tak ada masalah berarti, semuanya tetap Bisma nafkahi secara lahir. Kekayaan para istri bertambah setiap bulan, melebihi apa yang bisa dibayangkan oleh perempuan mana pun.

“Sampai juga makanan penutup kita,” ujar laki-laki tua itu bersemangat mendapati kue manisnya di atas meja. Bisma juga menginginkan hidangan penutup. Gambaran itu ia dapati pada sosok perempuan berinisial RD. Ya, RD adalah istri keempat Bisma. Pernikahan mereka juga terlaksana tepat tujuh tahun setelah pernikahan dengan Si Kembar. Bisa dibilang, RD membuat Bisma menjadi sosok yang benar-benar lain: bahagia dengan cara yang kekanakan. Mereguk setiap sudut dan lekukan kenikmatan duniawi dengan cara yang paling menyenangkan.

Mereka sering berpergian jauh ke seluruh penjuru dunia, ke negeri-negeri eksotik, dari kutub utara ke selatan, dari daratan Indian hingga Suku Aborigin. Hanya seringnya sesuatu yang terlalu manis dan dikonsumsi berlebihan memicu penyakit komplikasi. Terbukti saat pasangan itu baru pulang dari Afrika, Bisma jatuh sakit.

Sejak sakit yang aneh itu, dikatakan aneh karena tak satu pun dokter yang dapat mendiagnosa, Bisma memutuskan untuk menetap di rumah istri pertama. Sebulan kemudian istri keempatnya mengirim pesan dengan lampiran foto hasil testpack bergaris dua. Dia hamil.

Perlu ditegaskan, hanya segelintir orang yang tahu Bisma telah steril. Istri pertama, keluarga inti, dan sekretaris kepercayaan. Selain itu tak ada yang tahu. Termasuk istri kedua, ketiga, bahkan keempat. Keadaan Bisma semakin memburuk. Istri keempatnya kemungkinan telah, berselingkuh. Sejak pesan bergambar testpack itu, mereka sama sekali tak bertemu hingga kecelakaan itu terjadi.

“Empat bulan,” katamu kaku.

“Maaf?”

“Perempuan itu hamil empat bulan, mereka tidak bertemu selama itu?” tanyamu dengan tenggorokan kering.

“Ya, kira-kira begitu.” Lalu muncul keheningan diisi suara gemericik air dekat taman bonsai.

Kamu menelan ludahmu sebelum melanjutkan. “Jadi kemungkinan janin itu anak….” Tak sanggup rasanya kau teruskan kalimatmu. Inilah sesuatu yang terus kau sangkal sejak suamimu ditemukan tewas dengan perempuan itu.

Baca juga  Pilihan Bapak

“Jangan menyimpulkan dulu, Nyonya. Saya dengar hasil tes DNA baru akan dikirimkan besok, saya yakin Anda sudah tahu itu. Anda seorang polisi, kenalan Anda pasti banyak untuk kasus ini. Lagi pula saya memiliki firasat lain tentang Tuan Bisma.”

“Firasat lain? Apakah Tuan Bisma masih sakit?” tanyamu.

Laki-laki itu mengangguk sedih, “Semakin parah.” Tampak air menitik dari balik kacamata laki-laki tua itu. “Tuan Bisma meminta saya untuk tetap hidup. Beliau ingin saya mengingatnya. Juga Anda, sekarang harus mengingat beliau dari cerita saya. Apalagi beliau tidak memiliki keturunan, dan tak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan tidak diingat oleh siapa pun.”

Gerimis turun saat taksimu datang. Seusai saling membungkuk, kamu masuk ke taksi menuju hotel dekat bandara. Sama seperti hari ini, penerbanganmu besok juga yang paling pagi. Kamu ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit untuk melihat langsung hasil tes DNA itu.

Gerimis kini berganti hujan deras. Di antara suara wiper taksi, terngiang cerita penutup laki-laki tua itu tadi.

“Tuan Bisma selalu bermimpi hal yang sama, seorang anak laki-laki menarik tangan beliau. Bocah itu ingin Tuan Bisma ikut masuk ke dalam hutan berkabut di ujung jalan. Menurut beliau, pemandangannya persis seperti rumah beliau di pedesaan Swiss yang diberikan untuk istri keempat. Saya menyampaikan ini atas perintah Tuan Bisma. Beliau menitipkan permohonan maaf atas sikap istri keempat yang membuat Anda sedikit banyak gelisah. Beliau juga menyampaikan duka yang mendalam atas kepergian suami Anda. Kini beliau betul-betul sedang sekarat.”

Sekarat? Mungkinkah roh anak itu tengah membunuhnya melalui mimpi segagah Srikandi ketika harus menghabisi Bisma di padang Kurusetra? Di bangku belakang taksi, hatimu yang terdalam berharap janin empat bulan itu sungguh-sungguh anak Tuan Bisma. Siapa pun, asal bukan suamimu. Tapi kenapa suamimu bisa satu mobil dengan RD malam itu? ***

.

.

Titi Setiyoningsih, dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret (UNS).

.
.
Istri Keempat Tuan Bisma. Istri Keempat Tuan Bisma. Istri Keempat Tuan Bisma. Istri Keempat Tuan Bisma. Istri Keempat Tuan Bisma.

Loading

Average rating 4 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!