DI ATAS PERAHU MOTOR
.
mengikat debur
menyematkan jaring
bekal siang telah tumpah
menabur, hanyut
menurutkan bangkai bunga
.
perjalanan ini sebentar saja
mendatangi rumah lain
yang diapung dan dirawat
dari jauh oleh dendam dan cemas
menjadi peluru bagi cahaya mercu
.
orangorang memilih bisu
memilih mendiamkan telinga
ketika keretak keramba
hidup lebih nyaring
dari kengerian
.
sebab mengingat di bawah
ikanikan dan kerangkerang
telah meninggi, menjadi tinggi
dengan kerelaan yang hening
meski lubang jaring memberi batas
.
kini mabuk perut bakal ditunda
bukan tanda kemenangan hanya
ingin pulang bersama raga yang tak pecah
oleh ingatan kematian dari laut
oleh aromanya yang jadi bangka
di kepala para pemelihara
.
Sekotong, 2020
.
DERMAGA
.
di ujung hari yang bertuba
hanya di dermaga langkah beristirah
membunyikan derak lain
derak yang pergi dari siasat waktu
.
di pinggirnya
yang hidup masih sama mengayun
mengayun ke pecah timbul
sebagai daur
.
seperti bintang laut merekat
di lumpur lamun
kepergian singgah bagai rajah
.
bila nanti tercebur kembali
hawa ketakutan ini
biarkan laut menjaga sisanya
sebagai berkat yang layak tinggal
.
Sekotong, 2020
.
*) Iin Farliani, penulis buku kumpulan cerita pendek berjudul ‘Taman Itu Menghadap ke Laut’ (2019). Lahir di Mataram, Lombok, 4 Mei 1997. Alumnus Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mataram. Tahun 2020 terpilih sebagai salah satu Emerging Writers MIWF 2020.
Iin Farliani
Terima kasih sudah mengarsipkan puisi saya, Admin.