Pengantar
Pada 1 Mei 2021 lalu telah tercapai kesepakatan/perjanjian kerja sama kesusastraan antara dua kelompok sastra dari Korea (Changjak21) dan Indonesia (Setanggi). Tujuannya untuk membina dan mempererat hubungan bilateral kedua negara dalam bidang kebudayaan dan kesenian, khususnya kesusastraan. Untuk itu, kami menurunkan puisi-puisi (terjemahan) karya sastrawan Chanjak21 Korea tersebut, hasil terjemahan Kim Young Soo dan Nenden Lilis A.
Redaksi
.
SUNGAI SEOMJIN
.
Hari yang angin dan sinar mentari saling mendekap
hilang lenyap memasuki bulan Maret,
aku gagal mengisi hati dengan segala hal
mengambil bibit kata dari langit biru gelap
.
Pada malam, pohon-pohon berjalan
Pada saat fajar, suara teriakan yang mengusir kegelapan
tergantung di leher
Cinta sebelah pihak menjadi lunak
.
Jadwal waktu bagaikan papan nama bagi rumah kosong
Kata-kata yang suram
Menggeliat di gang seperti lipan
.
Dengan bunyi mematangkan angin
Bunga aprikot bergerak-gerik bagaikan ceret di atas api
bulan Maret,
Suara napas yang kencang berkejaran bagai tumbuhnya
rerumputan liar
.
Daun bunga aprikot
Mengalun terapung seirama sungai Seomjin
anak ikan salem mulai berkelana dari sungai induk ke Alaska
sambil berdekapan dengan daun bunga
.
Membelok di ujung gang
sinar mentari beterbanganan di atas rumah mold
pada masa hijauku
.
Jeung Andeuk, lahir di kota Naju, Provinsi Jeolla Selatan, Korea, 1948. Tamat Jurusan Kreatif Sastra Universitas Wanita Soongeui. Mulai aktif menulis esai pada “Sastra Masyarakat Korea” tahun 2014 dan menerima Penghargaan Penyair Baru Changjak21 tahun 2018. Menerima Hadiah Ilmiah dari Perhimpunan Kritikus Sastra Korea. Anggota Komunitas Sastrawan Changjak21. Menerbitkan buku kumpulan puisi Wanita yang Memukul Bola Hijau Muda, dan buku kumpulan esai Lebih Baik Memetik Bintang di Langit.
.
DAPUR NENEK DI PIHAK IBU
.
Dapur nenek di pihak Ibu pada siang hari pun gelap hingga tak terbedakan setiap arah. Warna periuk besi, rak, dan kompor dapur semuanya hitam. Di dalam kegelap-gulitaan, nenek di pihak Ibu menanak nasi, merebus sup daun lobak dan mengukus cabe hijau.
Di dasar dapur terlihat puluhan bukit kecil memanjang bagaikan jajaran gunung. Nenek di pihak Ibu dengan mudah melompati jajaran gunung itu dengan mengangkat meja makan sedangkan saya yang masih kecil memegang pinggir rok nenek sering terjatuh. Tanpa memegang tangan nenek, saya sulit berdiri sendiri di atas tanah, sulit melangkah ke depan seperti penakut.
Saya belajar cara berjalan di dasar dapur nenek di pihak Ibu, selangkah demi selangkah di jalan yang tak teratur dalam kegelapan. Pada hari-hari itu, di sudut langit-langit dapur seekor laba-laba besar tertatih-tatih di dalam jelaga sambil mendorong kegelapan dengan perut berwana kuning.
.
Park Geuma, menerima Penghargaan Kesusastraan Bidang Esai “Musim Semi Harian Maeil” tahun 2015. Direktur Komunitas Sastrawan Changjak21. Anggota “Essayfore”. Menerbitkan buku kumpulan karya bersama Di Dalam Sudut Mata Ikan.
.
PELAJARAN MENGARANG
.
Kegelapan di jendela
Gedung Kesejahteraan Sosial Terpadu telah pekak
Ayo, nenek-nenek yang sedang belajar mengarang
mari menegur benda-benda di sekitar
Apa artinya ungkapan sia-sia itu
Jalan yang telah ditempuh semakin jauh
Mata pensil selalu patah tatkala dipegang erat-erat
Dengan dada putus asa kutenangkan diri
kutorehkan ungkapan di atas kertas putih
Tulisannya tidak rata
seperti terkena kelumpuhan pada tangan
Ceritanya juga sangat tragis
setelah susah payah, baru berhasil
menanamkan sebibit bunga kering seperti kena sembelit
Bunga apa yang akan mekar dari bibit yang ditaburkan ini
kutanam bunga sebaris demi sebaris dengan tulus
Hati pensil tertancap pada tulang yang menghujam
sementara sekuntum bunga krisan liar mekar
pada malam ini.
.
Kang Junmo, tamat S1 dan S2 Jurusan Kesusastraan Korea, Universitas Kyunghee Korea. Menerima Penghargaan Penyair Baru dari “Changjak21” tahun 2017. Menerbitkan buku kumpulan puisi Kebiasaan Lama, dan buku kumpulan karya bersama Di Dalam Sudut Mata Ikan. Sekjen Komunitas Sastrawan Changjak21. Guru Pengajaran Bahasa Korea SMA Perempuan Kyunghee Korea.
.
PENGAMBILAN SAMPAH TERPISAH
.
Tulang tua beku dan kaku
Saat mengatur kotak, setiap sendi tulang itu mengeluarkan suara berkicut
Barang-barang dilempar sembarangan ke dalam karung pengambilan
Mukanya masuk
Vinil dan kertas berguling dengan angin dingin
Mereka berlarian
Ada yang memalingkan muka terhadap sapu
Ada yang pura-pura mati hingga habis-habisan
saat akan dimasukkan ke dalam karung
Penglihatannya nanar, sendi rahang kian kaku
mengejar barang yang enggan dibuang
Muka yang terpisah
hari inipun masih diperbaiki.
.
Pyo Gyuheun, lahir di Kota Namyangju, Korea, 1955. Menerima Penghargaan Penyair Baru “Changjak21” tahun 2017. Menerbitkan buku kumpulan karya bersama Di Dalam Sudut Mata Ikan. Direktur Komunitas Sastrawan Changjak21.
.
MEMBIARKAN
.
Jari telunjuk, jempol, dan jari tengah lumpuh tanpa sebab
Apoteker bilang syarafnya tertekan
Tapi katanya, muka dia yang sedang berbaring telah pergi
di sela-sela mengelakkan sebentar, menekan jarinya
bagiku tidak jadi masalah
.
Di bawah muka
Jari menjadi tidak kuat
Di bawah muka dia yang bersandar
Tanganku sebesar jari
Aku yang lemah
semakin tercekik
.
Aku segera meletakkan Aku dari dia
membiarkan dia yang tertawa dalam pergaulan orang lain
.
Di bawah geliat sinar matahari
Aku jadi tanah liat yang terpecah akibat salah dikeringkan
.
Memdeklamasikan bayangan sisa dia yang semakin ditekan
.
Dada mulai lumpuh.
.
Yoon Seongil, tamat Jurusan Kesusastraan Universitas Jangan, Korea. Menerima Penghargaan Penyair Baru “Changjak21” tahun 2011. Wakil Sekjen Komunitas Sastrawan Changjak21. Menerbitkan buku kumpulan karya bersama Di Dalam Sudut Mata Ikan.
.
Leave a Reply