Kimmy Jayanti menangis tersedu-sedu di dada ibundanya. Ayahnya mengelus-elus rambutnya sambil tersenyum kepada istrinya.
“Kimmy gak mau mati sekarang,” cetus Kimmy tetap menyembunyikan kepalanya di dada ibundanya sambil terus tersedu-sedu.
“Siapa bilang kamu mau mati sekarang?” sergah ibunya sambil tersenyum kepada suaminya.
“Bahkan kamu bisa mencapai umur sembilan puluh tahun,” kata ayahnya masih tersenyum kepada istrinya.
“Kimmy ogah hidup kelamaan,” cetus Kimmy masih sesenggukan di dada ibundanya.
“Umur panjang itu lebih mujur dari pada umur pendek,” kata ibundanya.
“Pokoknya Kimmy ogah umur panjang. Sekali ogah tetap ogah,” sergah Kimmy sambil membasahi dada ibundanya dengan airmatanya yang deras mengalir.
Mendadak Kimmy menoleh ke ibundanya yang masih tersenyum dan ayahnya membalas senyum istrinya itu.
“Kimmy takut setengah mati, kok mama papa malah ketawa-ketiwi,” cetus Kimmy jengkel.
Mama dan papanya malah terbahak-bahak: ha ha ha…. Ada apa gerangan, kesedihan bercampur kegembiraan? Bagaimana mungkin? Semuanya mungkin karena hidup hanya permainan belaka.
Sebermula ketika Kimmy dan teman-temannya, model papan atas dan aktris yang naik daun, bersorak-sorak bergembira di kafe Ayushita,
Kafe “In The Name of Love” di bilangan Kemang, Jakarta Selatan: Dominic Diyose, Tara Basro, Chelsea Islan, Sophia Latjuba, Tika Bravani, Marianna Renata, Manohara, Luna Maya, Marissa Indonesia Morning Show, Fitri Tropikangen, Adinia Wirasti, Nungki Kusumastuti, Elizabeth Tan, Meichan, Sarah Sechan, Raline Shah, Tatjana Safira, Atiqah Hasiholan, Nunung, Kelly Tandiono, Maia Estianty, Claudia Cynthia Bella, Soimah, Inul, Iis Dahlia, Dian Sastro, Titi Kamal, Olla Ramlan, Revalina S Temat, dan masih banyak lagi.
Tiba-tiba televisi di kafe itu menyiarkan adegan Kimmy Jayanti sedang berdansa dengan Presiden Barack Obama di kantornya, White House, Amerika Serikat. Menyaksikan adegan itu, Kimmy menjerit histeris meloncat keluar, nyengklak taksi, pulang. Teman-temannya menghambur keluar sambil meneriakkan namanya, “Kimmy, Kimmy, Kimmy!!!”
Sesampai di rumah, puluhan wartawan dalam dan luar negeri sudah mengepung rumah Kimmy. Kamera-kamera televisi, dengan perekam suara yang paling sensitif, juga desah napas bisa terekam, menyebabkan Kimmy semakin bingung. Wartawan-wartawan itu menghambur menyongsong Kimmy yang masuk pekarangan rumahnya sambil menyodorkan mik di depan mulut Kimmy. Tapi Kimmy menyibak semua wartawan itu bagai ketika dia di atas papan selancarnya menyibak ombak yang bergulung di pantai Hawai.
Kimmy langsung masuk ke kamar tidurnya, menjerit menubruk ibunya yang sedang menonton bersama ayahnya adegan dansanya dengan Presiden Barack Obama. Rupanya adegan ini disiarkan terus-menerus ke seluruh dunia. Kimmy menangis sejadi-jadinya di dada ibundanya.
Untuk selanjutnya nyamuk-nyamuk elektronik dari dalam dan luar negeri itu berhari-hari berkemah mengepung rumah Kimmy. Seketika kawasan itu menjadi pasar malam dengan berbagai kereta makan segala masakan.
Adegan di televisi selanjutnya memperlihatkan dansa antara Kimmy dan Presiden Obama belum selesai, pasukan pengawal presiden mengepung kedua insan yang asyik masyuk itu sambil mengokang senapan uzinya. Presiden Obama memberi kode kepada pengawalnya bahwa keadaan baik-baik saja. Terlihat di TV Kimmy pamit kepada Presiden Obama mau minum di dapur. Dua orang pengawal presiden menguntit di belakang Kimmy. Setelah dinanti lama, Kimmy tak kunjung muncul kembali, kedua pengawal itu masuk dapur. Di dapur itu ada sekitar 15 orang yang sibuk mondar-mandir dengan makanan masakannya. Ketika ditanya apa melihat seorang gadis yang masuk dapur, sejumlah koki menyatakan melihat Kimmy membuka kulkas dan minum jus jeruk sejenak lalu keluar.
Kedua pengawal itu mencoba mengejar Kimmy, tapi cuma bau parfum David Beckham yang tertinggal di sekitar ruangan itu. Lalu kedua pengawal itu mengontak pengawal di luar, sesaat sejumlah pengawal dengan senjata siap tembak bergerak mencari Kimmy di sudut-sudut taman, tapi tak seorang pun melihat Kimmy.
Di TV tampak Presiden Obama dipeluk sang istri Michelle dan kedua putrinya.
“Papa, apa gadis itu alien?” tanya putri sulungnya.
“Papa tidak tahu. Yang pasti itu gadis manusia betulan, bukan hologram,” jawab Presiden Obama.
Kongres geger. Kepala keamanan Gedung Putih dan seluruh pasukannya harus dipecat. Presiden Obama menentang usulan itu karena persoalan yang sebenarnya belum terungkap. Kemudian Gedung Putih mengonfirmasi bahwa gadis itu adalah Kimmy Jayanti, seorang model di Jakarta, usia 25 tahun. Mengapa bisa demikian? Staf khusus keagamaan dan kerohanian Gedung Putih menyatakan bahwa Kimmy bisa memecah tubuhnya dan hadir di berbagai tempat dan waktu secara bersamaan.
Tidak ada kekuatan di dunia yang mampu melawan ilmu itu, begitu pernyataan staf khusus Gedung Putih. Ilmu itu di Jawa, Indonesia, terkenal dengan sebutan ngrogo sukmo (sukma yang meraga). Ilmu itu hadiah langsung Langit yang tidak bisa dipelajari dengan metode apa pun, bahkan dengan teknologi mutakhir sekali pun. Kimmy sendiri tidak tahu-menahu tentang ilmu yang diterimanya itu. Bahkan, Kimmy sangat amat ketakutan, tidak pernah merasa istimewa sedikit pun akan ilmu yang diterimanya.
Pertanyaan masyarakat Amerika, bagaimana kalau ilmu itu dimiliki teroris. Gedung Putih menjawab bahwa ilmu itu tidak mungkin dihadiahkan Langit kepada teroris. Hanya dihadiahkan kepada orang-orang yang memiliki belas kasih yang besar kepada sesamanya. Banyak orang saleh di Jawa yang memperoleh hadiah ilmu semacam itu. Di antaranya Ki Ageng Suryo Mataram. Tokoh ini bisa hadir di sejumlah tempat dengan waktu secara bersamaan. Juga para Wali Songo. Mengapa Kimmy dapat hadiah ilmu itu juga? Wah, hal itu rahasia Langit. ***
Danarto, adalah penulis dan perupa. Sehari-hari menulis dan melukis. Lahir di Sragen dari Siti Aminah, seorang pedagang eceran di pasar kabupaten, dengan Djakio Hardjosoewarno, seorang buruh pabrik gula Modjo, Danarto adalah anak keempat dari lima bersaudara. Selama kuliah di ASRI Yogyakarta, dia aktif dalam Sanggar Bambu pimpinan pelukis Sunarto Pr, dan ikut mendirikan Sanggar Bambu Jakarta. Tahun 1979-1985 bekerja di majalah Zaman, tahun 1976 mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Danarto mencuat dalam jagat sastra Indonesia berkat kumpulan cerpennya, Godlob (1975) dan Adam Mak’rifat (1982).
Leave a Reply