Cerpen, Malang Post, Syafiuddin Syarif

Pak Brudin Guru Milenial

5
(2)

Pak Brudin seorang guru pengajar Bahasa Indonesia salah satu SMA di Sumenep Madura. Ia ingin eksistensinya diakui oleh orang-orang yang hidup di abad digital. Ia juga ingin mempersepsikan diri sebagai guru yang gaul bukan guru jadul, maka layaknya orang-orang di zaman millenial Pak Brudin membuat akun jalinan pertemanan berbasis internet atau biasa disebut media sosial (medsos). Semua akun medos ia buat mulai facebook, instagram, twitter juga whatsapp dia miliki, bahkan terbilang aktif di semua jejaring medsos.

Ia update terus jiwa milenialnya sesuai perkembangan kekinian. Baru-baru ini ia sering mengambil gambar video dengan kamera HP murahanmiliknya, aktivitas seperti ini biasa disebut vloger. Kemudian ia unggah videonya pada akun Facebook, beberapa video yang diunggah banyak ditonton dan sering kali mendapatkan perhatian dari teman FB, terbukti dengan banyaknya komen masuk terkait tayangan video tersebut.

Yang terbaru, Pak Guru Brudin membuat akun Youtube pada mesin pencari Google dibantu oleh seorang rekan guru TI di sekolahnya yang sekarang menjadi tim TI di Dinas Pendidikan Provinsi. Dengan akun Youtube Pak Brudin menaikkan lagi gaya millenialnya, ia sering mengambil video kemudian diunggah ke Channel Youtube miliknya. Bahkan sering ia melakukan live streaming (siarang langsung) menayangkan beberapa kegiatan sekolah dan kegiatan di luar sekolah yang ia anggap menarik dan bermanfaat bagi orang banyak. Teman-teman guru dan beberapa siswanya menyebut ia dengan Youtuber, sebuah profesi bergengsi dan sangat memberikan harapan kesejahteraan di abad digital saat ini. Namun dalam hati Pak Brudin tidak mau disebut sebagai seorang Youtuber, ia lebih nikmat disebut sebagai Pegiat Media Sosial.

Untuk memperkuat cengkeraman gaya hidup milenial ia melakukan up grade, Pak Brudin bela-belain membeli Handphone Android atau Smartphoneyang harganya dua kali lipat dari honor mengajar satu bulan. Untung istrinya mengerti dan tidak protes ketika ia mengutarakan keinginannya membeli HP Android. Dengan HP Android Pak Brudin kini menjadi milenial yang mobile. Dimana pun dan kapan pun ia berada bisa terhubung secara cepat dan mudah mengakses akun medsos.

Smartphone Android itu selalu berada di genggaman tangan Pak Brudin, kalo tidak berarti ia simpan di kantong bajunya. Smartphoneitu selalu ia bawa baik ke kelas, ruang guru, kantin dan ketika berada di luar sekolah, bahkan ketika shalat pun barang itu selalu berada dekat di area wajah menempel tanah ketika gerakan sujud. Tolong! jangan diartikan atau dipahami bahwa Pak Brudin shalat dan sujud menghadap Smartphone. Bahkan yang lucu Pak Brudin ketika berdiri menghadap ke arah barat untuk shalat, sebelum takbir ia buka dulu HP android-nya memastikan bahwa semua pesan yang masuk di whatsapptelag terbaca, dan sesuatu yang baru di dinding facebook telah ia ketahui. Bahkan selesai salam penutup gerakan shalat, ia tidak langsung menucap kalimat dzikir, tapi langsung meraih HP di depannya untuk diketahui mungkin ada sesuatu yang baru.

Baca juga  Memilih Cara Mati

Dengan fasilitas kamera Smartphone Android ia sering bahkan selalu mengabadikan momen berharga dan langka, dalam dunia millenial dikenal dengan selfy atau swafoto. Dimana pun tempat dan kapan pun berada ia selalu abadikan dengan mangambil foto yang kemudian cepat-cepat ia unggah ke medsos.

Ngomong-ngomong tentang swafoto, Pak Brudin terkenal unggul dan lihai memanfaatkan situasi dan kondisi untuk jeprat- jepretmemperoleh gambar. Ia berani namun tetap berusaha sopan dalam berswafoto dengan orang lain termasuk dengan murid, rekan guru dan masyarakat umum. Bahkan sejak akrab dengan HP Smartphone Pak Brudin terkenal sebagai sosok fenomenal.

Bagaimana tidak, seorang Ibu Pengawas SMA dari Cabang Dinas Pendidikan ketika datang ke sekolah menjalankan tugas pengawasan ia ajak berswafoto sehingga, efeknya adalah tugas pengawasan menjadi lebih cair dan keluar dari kekakuan serta menjadikan lebih akrab. Selain itu, ia selalu memanfaatkan acara yang dihadiri oleh para pejabat untuk berswafoto dengan pejabat yang terhormat.

Pada suatu waktu Kepala Kacang Dinas Pendidikan ia ajak swafoto, termasuk Wakil Bupati hingga Bupati ia ajak untuk berswafoto. Semua hasil jepretan didokumentasikan dengan diunggah pada akun medsos yang ia miliki khususnya facebook. Praktis unggahan swafoto Pak brudin dengan para pejabat itu memancing banyak komen. Akibatnya Pak Brudin semakin menjadi sosok kontroversial, walaupun tidak ada keinginan dan tidak niatan dalam diri Pak Brudin menjadi pribadi kontroversial.

Suatu hari di semua akun medsos yang dia miliki berseliweran video pidato, lagu juga puisi sanjungan tentang guru. Karena jengah dan bosan dengan berbagai isi medsos tersebut, akhirnya Pak Brudin menulis status di dinding facebook-nya.

“Guru tidak perlu disanjung dengan lagu. Tidak usah dipuja dengan puisi. Dan tak usah diceramahi dengan berbagai pidato. Yang penting bagi guru adalah tiga hal.

Baca juga  Pada Jam 3 Dini Hari

Pertama, berikan perlindungan hukum yang tegas, kuat dan pasti supaya guru tidak mudah dilaporkan ketika memberikan bimbingan untuk mendisplinkan murid.

Kedua, guru harus dijamin kesejahteraanya, karena guru tidak akan bisa mengajar dengan nikmat dan leluasa jika di rumah istri dan anaknya tidak ada uang untuk belanja kebutuhan makan dan beli jajan anak-anaknya. Bukan untuk saya, tapi bagi teman- teman guru honorer dan guru swasta terutama yang berada di pelosok desa dan kampong-kampung Indonesia. Kalau saya telah terbiasa sengsara dan kebal menderita (jelas dan tegas ia menulis).

Ketiga, jangan bebani guru dengan berbagai urusan administrasi, karena jika guru banyak terbebani urusan administrasi maka ia akan kehilangan fungsi sosial. Guru adalah bagian dari anggota masyarakat dan merupakan penggerak perubahan di tengah masyarakat.”

Akhirnya ia sebarkan kalimat curahan isi pikirannya tersebut dengan menekan panel Post. Segera muncul pemberitahuan di layar monitor bahwa tulisannya sudah di post dan sudah tampil di dinding facebook.

Ia ingin agar postingannya viral dan dibaca oleh semua orang. Ia ingin agar status yang diunggah di baca oleh Bupati, Gubernur, Mas Menteri hingga Presiden.

Makanya ia salin unggahannnya itu pada akun medsos pribadinya yang lain mulai dari whatsapp, ig dan terakhir twitter. Praktis semua medos pribadinya berisi salinan dari status facebook.

Selesai mengunggah status di semua akun medsosnya, Pak Guru Brudin bergegas untuk exit dari dunia maya beralih dan login pada dunia nyata. Dunia yang sesungguhnya, bukan dunia alay dan lebay. Dunia dimana Pak Brudin sejatinya bisa terlihat dan ditemukan sebagai wujud asli tanpa polesan layaknya di dunia medsos.

Sebelum ia keluar dari dunia maya, ia intip sekali lagi dinding facebook-nya. Dia gembira dan girang karena pemberitahuan bahwa ada seseorang teman yang telah membaca dan merespon unggahannya dengan memberikan komen.

Dia sorot icon komen dan terbaca jelas bahwa yang komen adalah teman facebook dengan nama Sidayat Marwi bukan nama sebenarnya, juga bukan sebenarnya nama). Dalam kolom komen oleh Sidayat Marwi tertulis kalimat sebagai berikut “Nemmoah, tak nemmoh…” (sebuah ungkapan Bahasa Madura kekinian untuk menyatakan sesuatu yang berbeda dari yang lain).

Baca juga  Kupu-kupu Seribu Peluru

Membaca komentar itu Pak Brudin tersenyum dan tertawa ringan. Dalam hatinya ia ingin membalas komen itu, tapi ia urungkan karena baginya tidak perlu menanggapi sesuatu yang tidak serius.

Karena hakekatnya status yang ia unggah adalah bukan sesuatu yang serius dan hanya “main-main” sebatas menyalurkan bakat menulisnya dan menghibur para pembaca di dunia maya dengan gagasan anti mainstream.

Bahkan seandainya unggahan statusnya viral hingga dibaca oleh Bupati, Gubernur, Mas Menteri hingga Presiden sekalipun, Pak Brudin yakin para pejabat itu hanya senyum-senyum saja dan tidak tertarik menanggapinya.

Apa urgensinya seorang pejabat mulai dari Bupati, Gubernur, Menteri hingga Presiden menanggapi tulisan seorang guru honorer yang lemah tidak berdaya dan tinggal dalam kolong penderitaan di negeri ini?

Makanya, pesan pada pembaca agar membaca tulisan jangan terlalu serius, santai dan senang-senang saja. Supaya hidup Anda ceria, bahagia dan bisa tertawa sekali pun ternyata uang belanja sudah habis pada hal masih pertengahan bulan, dan tagihan pada bank juga koperasi sekolah belum sempat dibayar.

Lain lagi SPP anak sekolah dan sumbangan kegiatan masih menunggu untuk segera dilakukan pembayaran. Harus lunas, tanpa cicilan, titik! ***

25/11/2019

Syafiuddin Syarif, dalam sistem administrasi NKRI namanya cukup Syafiuddin dan biasa dipanggil Udin. Pekerjaan sehari-hari sebagai guru honorer di SMA Negeri 1 Sumenep mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Lahir di Pamekasan pada tanggal 17 April 1982. Saat ini tinggal di Kabupaten Sumenep tepatnya di Jln. KH. Mansyur Gang 4 Nomer 11 Desa Pabian Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep. Alamat Kantor Jalan Payudan Timur No.1 Pabian Sumenep. Bisa dihubungi melalui nomer wa 081703768342.

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!