Ayunda Rizky Nur Rohmah, Cerpen, Radar Malang

Cincin untuk Sefia

5
(2)

“CINCIN,” ujarnya di dalam hati. Ia melihat sebuah cincin dengan tiga permata yang menyilau. Sefia mulai menerawang jauh. Karena tidak ada lagi tanda-tanda yang dia bisa temukan. Keesokan paginya Sefia langsung menemui Dina untuk menanyakan perihal kotak yang kemarin dia terima.

“Kemarin siapa yang titip paket?” Dina hanya menyipitkan matanya dengan kembali mengingat-ingat apa yang sedang ia berusaha ingat.

“Kemarin ya, kotak yang cokelat itu bukan?” Dina adalah seorang kepercayaan pemilik Cottage yang meng-handle segala bentuk laporan mingguan, tetapi dia tipikal orang yang pelupa. Mungkin jika Sefia menanyakan siang atau sore, Dina sudah lupa. “Waduh, Sef, sorry banget siapa ya aku lupa lagi. Pokoknya kemarin itu si anak magang yang nganter ke sini, katanya ada tamu yang nitip. Dia nyebutin namanya sih, tapi seriusan aku lupa,” benar saja, Dina memang taraf ingatannya ibarat hanya Pentium dua. Bahkan untuk mengingat nama orang saja dia tidak bisa.

Karena sudah malas mencari tahu lebih lanjut tentang sejarah kotak tersebut bagaimana bisa sampai di receptionist, Sefia bergegas memulai kerjanya. Ia menangani beberapa tamu yang membutuhkan bantuannya. Senyumnya yang membuatnya terlihat anggun, membuatnya terlihat menawan dari balik blouse berwarna putih yang dipadukan dengan rok warna krem serta accessories kalung yang membuatnya terlihat lebih cantik.

Hingga salah seorang tamu berusia senja, berperawakan santai duduk di lobby dengan koran yang terbuka. Lelaki tersebut hanya menggunakan kaus oblong dan celana tiga perempat menyapa Sefia dan mengajaknya berbincang sembari mengisi suasana yang sepi. Sefia berusaha merespons perbincangan tersebut dengan hangat. Karena Sefia sebenarnya adalah orang yang mudah diajak membicarakan hal apa pun.

Baca juga  Magi

Perbincangan mereka sangat panjang. Hingga akhirnya lelaki tersebut menatapnya dengan seksama. Ia tersenyum menatap keanggunan Sefia yang sebenarnya terlihat berwibawa. Aura yang terpancar dari dalam dirinya juga memiliki hawa yang sangat positif.

“Bunga tidak akan pernah bisa mekar jika tidak disirami oleh air setiap hari. Jika bunga tersebut menolak diberikan air, maka ia akan mati. Begitulah kehidupan. Sabar, sabarmu sudah terlatih. Meskipun kemarin kamu telah dibuat hancur tapi jangan sampai kamu kembali menghancurkan masa depanmu. Maafkan orang-orang yang menyakitimu,” sontak saja Sefia menoleh kebingungan oleh maksud dari ucapan yang ia dengar.

Sefia diam sejenak, kembali teringat cincin yang ia simpan di nakas. Pikirannya kembali terpecah lagi, hatinya seketika berkecamuk. Ia merasa semesta sedang mengajaknya untuk bercanda, atau ini hanyalah kebetulan semata. Terkadang muncul pikiran yang terbesit untuk mencari tahu siapa pengirim cincin tersebut, tapi entah rasanya Sefia merasa enggan saja. Ia kembali melamun menatap para ikan di kolam lobby yang sepertinya mereka tidak ada bosan-bosannya hidup hanya berenang dan berkeliling di dalam kolam sepanjang hari.

“Nona, jangan bimbang dengan segala sesuatu yang nantinya datang dan membuat hari nona tidak baik. Jawabannya ada di dalam hati nona. Kalau nona merasa hal itu baik, maka lakukan.”

Sefia hanya tersenyum kecil dengan memberikan syarat ia menerima nasihat dari seseorang yang kini berada di hadapannya. Mereka berdua kembali mengobrol santai hingga tidak sadar dia harus mengontrol para tamu yang sudah saatnya checkout.

“Sepertinya saya harus mengakhiri perbincangan kita, Pak, boleh saya izin terlebih dahulu?” pintanya sembari menengok jam tangannya.

“Oh iya silakan-silakan,” lelaki tersebut langsung mempersilakan Sefia untuk pergi terlebih dahulu. Sefia mulai berdiri dan setelah berjalan tiga langkah, seseorang yang masih tetap berada pada tempat duduknya melanjutkan ucapannya dengan sedikit mengeraskan nada suaranya “Ikuti kata hati nona.” Sefia menoleh karena sadar seseorang tersebut masih berbicara kepadanya. Ia tidak menjawab lagi. Memperlihatkan senyumnya dan kembali berjalan meninggalkan pergi menuju ruang kerjanya. ***

Baca juga  Kisah Siti Nurjannah

Ayunda Rizky Nur Rohmah. Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris UIN Malang.

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!