Cerpen Feng Jicai (Jawa Pos, 17 Januari 2016)

Pertunjukan Menyapu Jalan ilustrasi Bagus Hariadi/Jawa Pos
“Minggu Bersih-Bersih Nasional di mulai hari ini,” kata Sekretaris Zhao, “dan para pejabat di semua daerah akan ikut serta dalam acara menyapu jalan. Ini daftar peserta kita––seluruh pejabat teras kota dan para tokoh masyarakat. Kami baru saja menyalinnya di kantor untuk Anda tanda tangani.”
Lelaki itu tampak seperti layaknya sekretaris eselon atas: kerah bajunya tampak rapi jali, setelan jas militer Mao yang pas badan rapat terkancing; kulit wajahnya pucat; kacamatanya fungsional. Lagak lagunya yang lembut dan santun serta suaranya yang sengaja dimerdu-merdukan menyembunyikan karakternya yang keras dan gampang naik darah.
Wali kota meneliti daftar yang disodorkan sekretarisnya, sekan-akan kedelapan puluh nama yang tertera adalah orang-orang yang terpilih untuk pergi ke luar negeri. Berkali-kali dia menoleh ke langit-langit putih yang tinggi seraya berpikir keras.
“Mengapa tak ada orang dari Persatuan Perempuan?” tanyanya.
Sekretaris Zhao berpikir sejenak. “Oh, Anda benar ––itu dia! Kami sudah memasukkan seluruh kepala jawatan kantor pemerintah di kota ini ––Dewan Olahraga, Dewan Persatuan Pemuda, Persatuan Buruh, Persatuan Sastrawan dan Seniman–– bahkan beberapa guru besar ter kenal dari universitas. Yang terlupakan adalah Persatuan Perempuan.”
“Perempuan adalah sokoguru masyarakat. Bagaimana mungkin kita melupakan perwakilan kaum perempuan?” Sang wali kota lebih terdengar berpuas diri ketimbang kesal. Hanya seorang pemimpin yang sanggup memikirkan segalanya. Inilah saatnya kepemimpinan sejati memainkan peran.
Sekretaris Zhao teringat ketika suatu kali wali kota mengomel karena hidangan ikan tak disajikan dalam jamuan makan untuk menghormati sejumlah tamu dari luar negeri.
“Tambahkan dua nama dari Persatuan Perempuan dan pastikan mereka adalah petinggi atau orang yang memiliki jabatan penting dalam organisasi itu. ‘Pemimpin Pawai Bendera Merah 8 Maret’ (Hari Buruh Perempuan Internasional), ‘Keluarga Para Martir’, atau ‘Buruh Panutan’ boleh juga.” Seperti seorang guru SD yang mengembalikan PR yang buruk kepada muridnya, wali kota menyerahkan daftar nama yang belum lengkap itu kepada sekretarisnya.
anicetunayt
Reblogged this on Anice Anaci.
Anonymous
Singkat benget