Andreas Mazland, Koran Tempo, Mochammad Aldy Maulana Adha, Puisi

BULU PERINDU

BULU PERINDU - Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha dan Andreas Mazland

SEORANG MERDEKA YANG MENCARI MERDEKA; BULU PERINDU ilustrasi Imam Yunni - Koran Tempo

4.8
(5)

Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha dan Andreas Mazland (Koran Tempo, 03 Oktober 2021)

SEORANG MERDEKA YANG MENCARI MERDEKA

.

Mula-mula orang-orang Latin berseru, katanya, Veritas Vos Liberabit: kebenaran akan memerdekakanmu. Lalu pembuluh darahku mendidih, bersama keringat para mondina dan gairah Resistenza Italiana. Fasis yang bengis; kebangsatan Partai Nazi. Che mi sento di morir, morto per la liberta; o betapa kurasakan kematian, mati demi kemerdekaan.

.

Sedang buku-buku kiri di atas dadamu—masih lupa caranya membuka kosakata, Liber, dari dewa-dewi Romawi. Koloni-koloni di tanah merdeka membentuk konstelasi dari apa yang disebut Insureksi. The Boston Tea Party membidani cetak biru Patung Liberty. Buku di tangan kiri, obor di tangan kanan, berdikari di kaki kiri dan kanan. Seperti sebuah penanda dari Amerika Serikat atas masa-masa suram yang berwarna bangsat.

.

Dari keningmu, aku tahu rasa merdeka ternyata serupa menenggak Sampanye dengan atau tanpa es batu. Lupakan itu. Lihatlah, tiga bunga Iris yang bermekaran di Prancis: Liberte, Egalite, Fraternite. Dari perut-perut orang yang kelaparan. Dari Paris sampai Pemakaman Montparnasse, orang-orang miskin mencari sisa-sisa roti di bawah meja makan raja. Hidungku mencium bau-bau ironi. Baunya lebih tengik dari bangkai pesawat terbang yang pernah dipakai untuk meluluhlantakkan sebuah negara tanpa angkatan bersenjata. Satu yang jelas, Monarki juga babi, sayangku.

.

Kita berpelukan dengan erat dan mesra. Seperti mendamba musim semi di neraka. Revolusi dalam diri memuncak, serupa kemarahan Adam kala ditendang dari surga–sebelum sempat melumat bibir Hawa. Setelah aku menulis naskah Trias Puitika. Setelah Montesquieu memuntahkan Trias Politika. Setelah negara melakukan pertunjukan akrobat, semacam Trias Idiotika: Executhieves, Legislathieves, Judicathieves. Setelah kemerdekaan dimaling para pejabat yang sinting. Setelah aku mencuri ruang, kau mencuri waktu. Setelah aku, seorang merdeka, menyadari bahwa diriku adalah sebuah sangkar yang mencari seekor burung dalam dirimu: Dunia.

Baca juga  Pekan-pekan Terbetik Mati Terasing

.

(2021)

.

Mochammad Aldy Maulana Adha lahir di Bogor, Jawa Barat, 27 Maret 2000. Bukunya Timbul Tenggelam Philo-Sophia Kehidupan (2020), Timbul Tenggelam Spirit-Us Kehidupan (2020), dan Trias Puitika (2021).

.

.

BULU PERINDU

Haldi Patra;

.

“kalau engkau datang kemari hendak

mencari bulu perindu, bertapalah 40 hari

di gunung talamau. agar pacak darah urat putus

daging terkudung dipergelangan si anu melekat

ke bekas nadimu”

.

sahih benar kata engku, aku memang hendak

menjalang bulu perindu. tapi mengapa pula

aku harus ke talamau. bukankah lebih mudah

kupinta saja yang di dalam saku engku?

berapapun maharnya kita cari sampai bertemu

.

“mufaiza hatal ya izza kital maut; mim kepalaku

alif batang tubuhku, dal lubang pusarku. Sungguh

ini kajian hanya untuk aku, sebab ia diramu dengan

seribu dentum peluru. engkau cari sajalah yang baru”

.

Kapalo Koto; 21

.

Andreas Mazland lahir di Banda Aceh, 21 Juni 1997. Menulis puisi, esai, dan cerpen yang dipublikasikan di berbagai media. Bergiat di Kalera Sastra, sebuah komunitas sastra di Kota Padang, Sumatera Barat.

Loading

Average rating 4.8 / 5. Vote count: 5

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!