Cerpen Marie Muhammad (Waspada, 10 Oktober 2021)
NAMAKU Pratama, sering dipanggil Tama oleh teman-temanku. Nah aku tinggal di desa yang udaranya masih asri, sejuk dan memiliki pemandangan alam yang memanjakan sejuta mata yang melihatnya.
Di desa ini aku memiliki teman yang selalu menemaniku tatkala dalam kondisi susah dan senang. Dia adalah Randi. Nah Randi ini temanku sejak kecil sampai kami tumbuh dewasa kami selalu bersama.
Yang lebih unik lagi banyak sekali persamaan kami dari hobi yaitu main musik, mendesain dan membaca, tapi Randi ini sesosok orang yang suka bergurau dengan siapapun itu dan ini tidak ada pada diriku memang kami tinggal di desa akan tetapi kami sangat ingin sekali menempuh pendidikan di luar negeri kami memiliki impian yang sama yaitu menjadi anak desa pertama yang merasakan pendidikan di luar negeri dan bekerja di sana sebagai tenaga ahli….
“Ran besok kita ke Perpus balai desa yah,” ajakku.
“Ohh iya Tam beres, tapii ingatin aku lagi yahh!” jawab Randi.
“Okee, Ran, akan aku ingatin kok,” sahutku lagi.
Hari pun telah tiba bagi Tama dan Randi yang sebelumnya sudah janjian untuk ke perpustakaan di balai desa yang tidak jauh dari rumah mereka. Tama pun ke rumah Randi untuk mengajak dia.
“Tok tok tok! Assalamu ‘alaikum Randi.”
“Waalaikumsalam. Iyaa Tama bentar yah bentar….”
“Oke agak cepat yah.”
“Oke Tam.”
Randi pun keluar untuk siap-siap menuju ke perpustakaan dibalai desa bersama Tama selama di perjalanan mereka selalu ada saja yang merendahkan mereka berdua dia adalah “Sinta” dan “Raka” yang selalu berkata, “Ohh ini dua orang yang sok kerajinan ke perpustakaan yahhh,” dengan nada yang tidak suka.
“Sudahlah, Tam, jangan dihiraukan perkataan mereka,” ujar Randi sambil senyum dan merangkul Tama…
“Kayak manalah, Ran, kau lihat saja perkataan mereka. Emosi aku jadinya ini,” ujar Tama dengan wajah yang sedikit emosi tapi Tama pun tetap mendengarkan apa yang di bilang Randi.
Mendengar perkataan dari Sinta dan Raka, Randi dan Tama tetap menghiraukan apa yang dikatakan mereka berdua. Randi dan Tama fokus menuju ke perpustakan di balai desa. Sampai ke perpustakaan balai desa, mereka berdua pun langsung masuk untuk membaca dan memahami buku yang mereka baca.
“Ran buku apa yah yang mau kita cari?”
“Iya Tam aku juga bingung ni!”
“Hmm kucari dululah mana tau ada buku yang memotivasi.”
“Nah aku setuju tuh aku juga nyariklah buku yang memotivasi.”
“Yaelah ikut-ikutan saja lah kau Ran,” sahut Tama sambil gelengkan kepalanya.
“Hahaha macam kenal 1 hari aja kau sama ku,” celetuk Randi sambil tertawa.
“Stttttt ini perpustkaan jangan ribut,” ujar ibu Perpus ingatkan kepada Randi.
“Ohh iya-iya, Bu, maaf,” jawab Randi sambil tersenyum ke arah ibu penjaga perpustkaan.
“Ran aku dapat ni bukunya keren ni judulnya,” bisik Tama ke Randi.
“Ohh baguslah mana bukunya,” Randi pun melihat judul bukunya.
“Ini bukunya Aku dan Mimpi Besarku…”
“Wahhh Tama ini yang kita cari,” ujar Randi sambil memberikan dua jempol ke Tama.
“Ya udah apalagi kita baca,” Tama dengan semangat untuk membaca buku yang sangat bagus.
“Ayok kita baca,” Randi pun tak kala semangat untuk membaca bukunya.
Dengan rasa semangat yang tinggi lantaran Tama dan Randi telah mendapatkan buku yang sangat memotivasi mereka berdua bersama-sama membaca bukunya. Waktu pun tak terasa sudah larut sore dan ibu penjaga perpustakaan mengingatkan mereka akan waktu sudah habis.
“Bu ini buku kami pinjam yah,” ujar Tama berbincang kepada ibu perpustakaan.
“Ya sudah boleh tapi jangan sampai rusak ya bukunya,” ujar ibu perpustakaan.
“Ran, ini bukunya aku dulu yang baca ya. Bergantian lah,” ujar Tama sambil senyum ke Randi.
“Ohh ya udah Tam gak apa-apa kok aman itu,” Randi pun juga sambil balas senyuman Tama.
Setelah dari perpustakaan di balai desa mereka pun saling sepakat untuk bergantian membaca buku yang dipinjam. Tama yang terlebih dahulu yang membaca bukunya terlihat merasa senang akan buku yang diidam-idamkan setelah beberapa hari Tama pun menyelesaikan membaca buku yang dipinjamkannya setelah itu Tama pun mengambil manfaat poin-poin penting dalam buku yang di bacanya.
Tama bergegas ke rumah Randi untuk memberi kesempatan membaca setelah buku sampai di rumah, Randi pun juga langsung membaca buku yang memiliki makna yang sangat luar biasa.
Setelah beberapa hari Randi pun menyimpulkan akan poin-poin apa saja yang ada di buku ini, setelah itu Randi bergegas ke rumah Tama akan bersama-sama mengembalikan buku yang mereka pinjam di perpustakaan balai desa.
“Tok tok tok! Assalamu ‘alaikum, Tama,” Randi yang tak sabar akan bercerita poin-poin yang ada di buku ini.
“Waalaikumsalam,” sahut Tama dan langusng keluar.
“Bukunya keren kali Tam isinya,” sebut Randi dengan wajah yang takjub akan buku ini.
“Ohh iya Ran, keren memang bukunya membuat aku termotivasi,” ujar Tama yang juga takjub akan buku ini
“Wihhh samalah,” sahut Randi.
“Setelah membaca buku ini aku lebih kuat akan perkataan mereka yang merendahkan kita Ran…”
“Benar Tam, aku juga setelah membaca buku ini tidak aku hiraukan perkataan mereka itu….”
“Mulai saat ini ayok Ran kita wujudkan mimpi besar kita,” ujar Tama sambil merangkul bahu Randi dengan wajah yang optimis.
“Baiklah teman, kita wujudkan mimpi besar ini,” Randi dengan semangat yang sama juga merangkul bahu tama dengan wajah yang optimis.
Setelah itu pun Tama dan Randi semakin semangat untuk belajar untuk mendapatkan nilai terbaik. Setelah mereka tamat dari bangku sekolah, mereka pun dipanggil oleh kepala sekolah dan mereka mendapatkan berita yang sangat baik.
“Kepada ananda Tama dan Randi, selamat kalian mendapatkan beasiswa di luar negeri tepatnya di Eropa,” ujar kepala sekolah yang mengatakan seperti itu kepada mereka berdua.
Dengan wajah yang penuh haru dan tidak menyangka, Randi dan Tama saling berpelukan sambil meneteskan air mata.
Waktu pun berlalu beberapa tahun setelah sudah menyelesaikan studinya, kemudian Tama dan Randi si anak desa dengan mimpi besarnya yang berkesempatan mendapatkan pekerjaan tetap di luar negeri tepatnya di Benua Biru.
Tama mendapatkan pekerjaan di Swiss dalam bidang staf keahlian Nuklir sama juga dengan Randi yang mendapatkan pekerjaan di Jerman dalam bidang staf keahlian Teknologi.
Mengetahui kabar ini Sinta dan Raka langsung syok sangat tidak menyangka akan keberhasilan dua orang yang mereka selalu rendahkan Tama dan Randi.
Pada akhirnya mereka berdua menjadi buruh pabrik yang setiap harinya selalu menceritakan keberhasilan orang yang selalu mereka rendahkan selama ini. Mereka pun masih belum menerima akan keberhasilan Tama dan Randi. ***
.
Sang Pemimpi. Sang Pemimpi. Sang Pemimpi. Sang Pemimpi.
Leave a Reply