Sajak-sajak Martha Sinaga (Tanjungpinang Pos, 16 Oktober 2021)
KATA AKHIR
.
Tirai itu terkoyak
narwastu menyelimuti diri
langkah kesadaran kental ada
terbasuh oleh aroma wangi
hati tersenyum
hati menyanyi
hati bersenandung
.
narwastu penyaji
dan, jiwa tersenyum
jiwa mengasihi
menyayangi
merangkul napas yang lain
.
Tangan-tangan cinta menengadah
senyum harapan menebar
membasuh lara
menghapus duka
rasa jiwa menyatu dalam roma narwastu
.
Biarkan mengkristal
di puncak bukit kedamaian
aroma narwastu mengalir
hingga satu kalimat menutup bumi
“Ketuklah pintu”
.
.
.
BINGKAI
.
Denting lonceng bertaut
peran ganda dimulai
bergulir sesuai waktu
hitam pekat abu-abu
tercabik dan terhempas dalam kumbangan
nista
.
Tangan-tangan palsu menengadah ke langit
jawaban pupus
hanya secarik kain satin putih
mengikat kepala yang tak lagi suci
bingkai pualam kasih lantak – luluh
.
Cadas ketamakan menggerogoti nama
memamah sukma
mahkota hilang
putus sudah hubungan
antara kesucian dan kekelaman jiwa
.
Rohmu, tengkorakmu
terburai dalam talam kekebalan…
.
.
.
SIMPONI JIWA
.
Simponi Jiwa
.
Bernyanyilah dalam syair yang tak bertepi
dalam dekap iman kudus
di tengah titian syukur yang kokoh
tetaplah bernyanyi hai jiwaku
walau renta, keriput dan tulang berlobang
sekalipun
.
Langit terbuka atas iman kepada-Mu
kecapi berdenting lewat pujian anak dara
genderang kemenangan ditabuh
atas nama cinta kasih
kepada-Mu
terhadap sasama
.
Angin damai lantas membelai hari
bulan membiaskan sinar kesyahduan
tanah menyapa aroma kehidupan
talam kehidupan itu tersedia
.
Hai jiwaku…
memujilah di setiap denyut nadi
bukankah Dia sudah lebih awal mengasihi
jangan berhenti bermazmur hai jiwaku
jiwanya
dan tali nafas mereka…
.
.
.
MARTHA SINAGA, penulis dan penggiat seni. Tinggal di Jakarta.
.
Tangan-tangan cinta menengadah senyum harapan menebar membasuh lara menghapus duka rasa jiwa menyatu dalam roma narwastu. Biarkan mengkristal di puncak bukit kedamaian aroma narwastu mengalir hingga satu kalimat menutup bumi “Ketuklah pintu”. Tangan-tangan cinta menengadah senyum harapan menebar membasuh lara menghapus duka rasa jiwa menyatu dalam roma narwastu. Biarkan mengkristal di puncak bukit kedamaian aroma narwastu mengalir hingga satu kalimat menutup bumi “Ketuklah pintu”.
Leave a Reply