Cerita Anak Rina (Lampung Post, 24 Oktober 2021)
ALKISAH, dahulu hiduplah keluarga miskin di suatu desa. Mereka bekerja sebagai buruh tani. Mereka memiliki seorang anak yang bernama Jaka.
Jaka adalah anak yang nakal dan sering membentak ibunya. Ia adalah anak yang manja.
Karena terus dibiarkan saja polahnya yang berlebihan terhadap orang tuanya, maka Jaka tumbuh menjadi anak yang keras kepala. Jika keinginannya tidak dituruti, ia akan marah dan membentak ibunya.
Suatu hari, Jaka ingin sekali memakan ayam. Dia pun meminta sayur ayam yang sudah diidamkannya kepada Ibunya. Namun karena saat itu belum punya uang, sang Ibu menyuruh Jaka untuk bersabar menunggu sang Ayah pulang. Siapa tahu sang Ayah akan membawa uang.
Meski ibunya sudah mengatakan harus menunggu ayahnya. Namun, Jaka yang nakal tidak mau mendengarkan perkataan sang Ibu. Ia malah marah-marah membentak ibunya.
“Aku lapar. Sekarang juga aku ingin makan ayam!!!”
Si Ibu pun sedih dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa sakit hati karena anaknya membentak dan menyuruhnya seperti itu. Namun, dia hanya diam dan mencoba bersabar.
“Dasar miskin! Tidak ada gunanya aku menjadi anak Ibu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Lebih baik aku menjadi anak ayam daripada menjadi anakmu!” ujar Jaka dengan emosi.
Sesaat sang ibu terkejut dan melihat anaknya, seolah tidak percaya apa yang dikatakan Jaka.
Saat itu juga petir menyambar Jaka. Dia lalu berubah menjadi anak ayam. “Ciap… ciap… ciap….” ***
.
“Dasar miskin! Tidak ada gunanya aku menjadi anak Ibu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Lebih baik aku menjadi anak ayam daripada menjadi anakmu!” ujar Jaka dengan emosi. “Dasar miskin! Tidak ada gunanya aku menjadi anak Ibu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Lebih baik aku menjadi anak ayam daripada menjadi anakmu!” ujar Jaka dengan emosi. “Dasar miskin! Tidak ada gunanya aku menjadi anak Ibu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Ibu dan Anak Durhaka. Ibu dan Anak Durhaka.
Leave a Reply