Sajak-sajak Ibe S Palogai (Jawa Pos, 20 November 2021)
puisi yang terus ditulis ulang.
oleh: puisi
.
Penyair hanya memiliki satu puisi yang terus
Ia tulis ulang. sepanjang hidup. selalu kesedihan,
Dan seperti sebatang kayu yang terapung di samudra,
Terempas ombak dan dirampas buih, bersarang
Dalam pusaran pasang surut.
Ia menangisi seluruh kesedihan
Menggunakan air mata yang sama. meragukan
Apa yang ia rasa—apakah tubuh tegak karena
Tulang atau tanah yang diam, apakah warna
Langit biru atau itu batas yang melayang-layang
Dalam matanya. ia selalu membuat keraguan
Yang berisik tentang apa yang didengar
Orang lain ketika mereka berbicara—
Menertawai kesedihan.
Penyair menemukan sesuatu di dalam gelap—
Ia sentuh dengan mata, mengecap menggunakan
Telinga, dan merabanya melalui bahasa. namun,
Ia tidak tahu. banyak hal yang ia tidak tahu.
Ia hanya menangisi seluruh kesedihan
Menggunakan air mata yang sama.
.
.
.
ruang tamu menghadap ke barat.
.
Seluruh
Ruangan
Di
Rumah
Ini
Adalah
Kamar.
.
Lalu malam berkehendak—mengubahnya
Kembali menjadi rumah yang tenang; hanya
Sepasang kamar tidur bernuansa abu-abu, meja
Kerja menyatu bersama dinding bulu angsa,
Ruang tamu menghadap ke barat dengan jendala
Tempat pohon menyandarkan bayang-bayang,
Rak TV berwarna putih dengan empat kotak hitam
Untuk menyimpan perkakas & tas, sofa berwarna
Cokelat yang berpasangan dengan meja kayu,
Westafel untuk mencuci yang perlu digunakan
Kembali. dapur yang kerap terlambat
Menghangatkan makanan yang menginap
Di kulkas, dan gudang menyembunyikan
Ketakutan tiap lampu tidur
Dipadamkan.
.
Berapa kali malam mencuri mataku darimu.
Mematuknya dari semua kepalaku. membawanya
Ke hadapan pertanyaan; menyatakan yang tak terang
& menerangkan yang tak nyata.
.
Ketika orang-orang di rumah ini telah tidur,
Aku bisa mengembalikan diriku pada bentuk
Paling nyata. aku perlahan melepas tubuhku
Dari baju, kemudian mengeluarkan kakiku dari
Celana. membiarkan tubuhku telanjang.
Aku ingin menghadapi diriku sekali lagi.
Aku bisa beristirahat dengan tenang
Dalam suara mereka. aku mendengar
Mimpi yang diceritakan mata mereka.
.
Aku mimpi yang diceritakan mata Mereka.
Aku dan mereka kadang hanya dua
Orang yang saling mencintai—atau
Tiga orang yang saling memaafkan.
.
.
.
biru.
.
Ketika
Biru
Adalah
Rumah
Rumah menyusun tubuhku dari percakapan
Tersembunyi antara warna dan benda-benda.
.
Rambutku pecahan piring yang kau hancurkan
Sekali lagi di dalam perutku. kepalaku cincin
Pernikahan yang enggan berdamai di jari
Manismu. mataku koran minggu yang tak
Memuat puisi. bibirku paket yang belum
Kau buka untuk sekadar tahu
Apa gerangan.
.
Ada kenangan yang sembuh ketika
Benda dan benda itu menyentuhku.
.
Warna menjadi sihir pertama yang aku tatap.
.
Melekat pada telinga dan mata dan bibir. ia selalu
Mendengar penglihatanku ketika meminta
Setiap ucapan untuk terpejam.
.
Nama
Lain
Dari
Biru
Aku memotong kaki meja dan memasangnya
Di tubuhku. sambil terpincang, aku mengeluarkan
Lemari dari dadaku. melipat semua kata-kata
Berdasarkan warna, ketebalan huruf,
Dan yang bergaris miring.
.
Kini setiap kali mengganti pakaian,
Aku membuka lemari seperti membuka
Halaman buku.
.
.
.
IBE S PALOGAI. Lahir di Takalar, Sulawesi Selatan, pada 1993. Saat ini sedang menyiapkan buku puisi terbarunya, Belajar Ekonomi di Kelas Menulis Kreatif.
.
PUISI YANG TERUS DITULIS ULANG.
Leave a Reply