Budi Setiawan, Cerpen, Minggu Pagi

Lelaki yang Diawasi

4
(1)

Cerpen Budi Setiawan (Minggu Pagi No 10 Tahun 73 Minggu II Juni 2020)

Lelaki yang Diawasi ilustrasi Donny Hadiwidjaja - Minggu Pagi (2)

Lelaki yang Diawasi ilustrasi Donny Hadiwidjaja/Minggu Pagi

SUDAH berapa banyak perangkap yang ia pasang di rumahnya itu. Tak terhitung jumlahnya. Ia tahu lelaki itu pasti akan datang kembali. Ia yang sudah menginap selama empat belas hari di bangsal marwah, kamar VIP, karena dadanya sesak, tenggorokan kering, dan menggigil. Pada malam pertama ia menginap, malam setelah dokter menvonis dirinya positif terkena wabah itu, ia melihat lelaki itu untuk pertama kalinya. Seorang lelaki dengan wajah bercahaya dan sepasang sayap tumbuh dari punggungnya. Ia selalu mengenakan pakaian serba putih, kadang, hem, kadang jubah. dan kadang kaus oblong lengan panjang.

Ia melihat lelaki itu selalu tersenyum menatap dirinya, selepas ia berbuka puasa di bulan Ramadhan tahun ini. Ketika itu, ia merasakan suasana begitu damai. Damai sekali, batinnya hingga ia tak kuasa meneteskan air mata. Ia merasa waktunya sudah hampir dekat. Maka, jantungnya yang biasanya berdegup kencang. Mulai pelan-pelan tenang bak goyang seorang biduan yang tahu betul irama kendang.

Semenjak malam itu, ia kerap melihat lelaki itu menatap ke arah dirinya di mana saja. Bahkan setelah ia pulang ke rumahnya sendiri. Saat ia mengemudi dan berada di tengah kemacetan kota ini, lelaki berpakaian serba putih itu seolah sedang mengawasinya dari seberang jalan. Ketika ia sedang mandi, kadang ia pun dengar lelaki itu juga bernyanyi dari samping dapur, tapi ketika ia mencoba memeriksanya, ia tak mendapati siapa pun ada di sana. Bahkan, ketika ia berada di tengah keramaian, di tempat pengajian, atau sedang sembahnyang di rumah Tuhan, lelaki itu tampak khusyuk mengamatinya dari jauh dengan pandangan mata begitu teduh.

Baca juga  Dongeng dari Gibraltar

Pernah beberapa kali ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya. Siapakah lelaki itu sebenarnya? Tapi selalu, ia tak pernah bisa mendapatkan itu jawaban. Ia seperti bisa menghilang tiba-tiba, dan muncul tiba-tiba. Ia sudah sering menceritakan perihal lelaki itu kepada seluruh anggota keluarga, istrinya, anak-anaknya, bahkan para tetangganya. Dan hasilnya tak ada satu pun jua dari mereka mau mengaku pernah melihat lelaki berpakaian serba putih itu di rumahnya, atau di mana pun ia berada. Semua menggeleng.

“Mungkin ayah hanya bermimpi,” kata istrinya.

“Ayah cepat sembuh ya, jangan lupa minum obatnya” ujar anaknya yang masih berumur lima tahun itu, mencoba menghiburnya. Namun, justru perkataan mereka itu membuat ia semakin yakin.

“Lelaki itu nyata dan mungkin hanya aku sendiri sajalah yang bisa melihatnya,” batinnya.

Ia juga pernah berpura-pura tidur untuk memastikan lelaki itu muncul dan bisa menangkapnya, tapi hampir tiga jam lebih ia memejamkan mata, tak ada sedikit pun tanda kelebat darinya. Barangkali lelaki itu tahu betul ia sedang mencoba menjebaknya. Hingga  pada akhirnya ia pun memasang CCTV di setiap sudut rumah. Dan ia telah melakukannya.

Setelah CCTV terpasang, ia merasa yakin kalau cara ini akan berhasil. Meski pemasangan CCTV itu ternyata tak membantu apa pun. Nyatanya, lelaki itu masih saja bisa duduk santai di ruang tamu, bersiul-siul di halaman belakang, menyerutup kopi di lantai atas, di balkon, bahkan sesekali ia melihatnya dengan mata kepala sendiri, lelaki itu suka merokok sambil berdiri dan terus mengawasinya ke mana pun ia pergi. Anehnya, keberadaan lelaki itu tak pernah sekali pun bisa terekam kamera CCTV.

Setelah melihat kelakuan suaminya yang dari hari ke hari makin aneh. Istrinya yang takut akan kejiwaannya memutuskan untuk mendatangi orang pintar. Di hadapan orang pintar itu ia meceritakan segalanya. Semua yang dialami suaminya.

Baca juga  Rumah Belakang

“Katanya ia melihat lelaki berpakaian serba putih itu ada di mana-mana, wajahnya bercahaya, dan sepasang sayap tumbuh dari punggungnya. Dan selalu mengawasi suami saya,” lapornya.

Orang pintar itu lalu bertanya, “Siapa nama suamimu dan kamu tahu apa wetonnya?

“Abdul Rozak, Senin Kliwon, Mbah.”

Orang pintar itu tampak terus menerawang foto suaminya, dan sesekali memejamkan mata. Bibirnya komat-kamit seperti sedang merapalkan sesuatu, barangkali sebuah mantra. Istrinya mulai gelisah dan was-was.

Menyaksikan, orang pintar itu tubuhnya mendadak lemas.

“Lelaki yang sedang diburu suamimu bukanlah orang biasa,” bisik orang pintar itu.

“Lalu, siapa dia sebenarnya?” balasnya.

“Bagaimana caraku menjelaskannya?” orang pintar itu tampak putus asa.

“Apakah dia benar-benar ada?”

“Ya, tapi tidak ada yang bisa melihatnya, kecuali suamimu.”

“Apakah ada doa atau mantra yang kiranya bisa mengusir lelaki itu agar berhenti mengawasi suami saya?”

“Tidak, dia takkan pernah berhenti mengawasi suamimu. Dia selalu mengikuti ke mana pun suamimu pergi.”

“Bagaimana Mbah tahu? Bagaimana dia bisa melakukan itu?”

“Dia bisa melakukan itu dengan sangat mudah, Ibu.”

“Semudah kita mengedipkan mata.”

“Tolong, beritahu saya Mbah, siapa dia sebenarnya?”

“Aku ingin sekali memberitahumu, tapi aku tak berani nanti ibu menganggapku gila atau mengada-ada cerita.”

“Jangan pedulikan apa yang bakal saya katakan, jelaskan saja pada saya, siapa sebenarnya lelaki itu. Apa yang dia inginkan dari suami saya?”

“Lelaki yang sedang diburu suamimu itu adalah malaikat. Dia hanya sedang menunggu.”

“Menunggu?”

“Iya”

“Menunggu apa?”

“Sisa waktu sebelum akhirnya menjalankan tugas terakhirnya, yaitu mengambil nyawa suamimu.”

 

Budi Setiawan tinggal di Temanggung.

Loading

Leave a Reply

error: Content is protected !!