Cerpen Gusti Trisno (Republika, 16 Juli 2017)

Mencari Ustaz ilustrasi Rendra Purnama/Republika
Mail menahan sesak saat melintasi Mushala Nurul Iman di Kelurahan Iman Sekali. Sungguh, pemuda yang belum genap dua tahun menikah itu tak mengira tempat yang harusnya ramai suara lantunan ngaji anak kecil berubah menjadi tempat kongkow-kongkow anak muda. Dalam hatinya timbul rasa sakit, melebihi sakitnya hati akibat istri merajuk meminta tambahan uang belanjaan.
Langkah kaki lelaki itu pun dijauhkan dari mushala tempatnya mengajar dulu. Tapi, semakin jauh melangkah, semakin sesak merayapi dada. Sesaat ia mengingat-ingat kejadian beberapa waktu lalu.
Semua dimulai ketika ia diancam oleh sekelompok pemuda untuk berhenti mengajari ngaji. Mail bukannya takut, ia lebih memerhatikan keamanan istrinya. Apalagi ancaman bukan hanya sekali-dua kali, tapi berkali-kali ia rasakan. Mulai lemparan batu atau tulisan-tulisan bernada ancaman di gedung rumahnya.
Tak ada satu pun tetangga yang tahu mengenai hal itu. Mengingat Mail dan istrinya begitu menutup rapat. Akhirnya, setelah berembuk dengan kekasih hatinya itu, Mail sepakat berhenti mengajar bocah-bocah itu. Tapi, keberhentiannya tidak langsung ia lakukan. Melainkan secara perlahan-lahan. Dimulai dengan tidak menghadiri mushala saat Ustaz Hari yang mengajar. Akibat kejadian tersebut, Ustaz Hari yang seusia ayahnya itu menegur dan menanyakan perihal ke anehan Mail.
Anehnya, Mail menjawab bahwa ia sudah tidak betah lagi mengajar ngaji. Sontak Ustaz Hari marah besar, hingga membuat keduanya tak lagi akur. Pun, Mail juga tak mau menerima zakat fitrah yang menjadi miliknya.
Masalah kian runyam, setelah masalah dualisme ustaz itu terdengar wali santri. Mereka pun secara perlahan menggiring anaknya belajar di TPQ Bonafite. Padahal, demi mencapai TPQ tersebut jarak yang ditempuh lumayan jauh. Tidak hanya itu, wali santri juga terprovokasi untuk berdemo pada Ustaz Hari. Hingga benar-benar mushala itu tutup dan tak lagi ada aktivitas.
Kecuali kini tempat kongkow-kongkow nggak jelas.
Mail menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik arah menuju Mushala Nurul Iman. Di sana tampak beberapa pemuda yang pernah menyuruhnya berhenti mengajar menyambut dengan tatapan penuh kemenangan.
Leave a Reply