Cerita Anak, Imam Khanafi, Kompas
Category: Cerita Anak
Page 1/9
SEBUAH PROLOG
Ruangsastra mendokumentasikan ratusan contoh cerita anak yang diterbitkan media massa (koran cetak) dan majalah di seluruh Indonesia.
Antara lain cerita anak yang terbit di koran Analisa (Medan), Haluan (Padang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Kompas (Jakarta), Lampung Post (Bandar Lampung), Padang Ekspres (Padang), Pikiran Rakyat (Bandung), Radar Jombang (Jombang), Singgalang (Padang), Solopos (Solo), Suara Merdeka (Semarang), dan Majalah Bobo (Jakarta).
Selamat membaca!
A. PENGERTIAN CERITA ANAK
Cerita anak adalah salah satu dari karya sastra anak.
Sastra anak sendiri merupakan karya sastra yang ditulis sebagai bacaan untuk anak, yang isinya sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosi anak.
Cerita anak bisa digunakan sebagai hiburan maupun untuk memberikan anak pendidikan moral.
Menurut Nurgiyanto, cerita anak merupakan karya sastra anak berupa prosa yang mengisahkan peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu yang dialami seseorang atau dapat berupa imajinasi yang mengisahkan dunia anak-anak.
Sedangkan menurut Rampan, cerita anak merupakan cerita sederhana namun kompleks. Kesederhanaan tersebut ditandai dengan syarat wacana baku serta kualitas yang tinggi, akan tetapi tidak rumit atau ruwet sehingga lebih komunikatif. Cerita anak adalah cerita yang harus menceritakan tentang kehidupan anak-anak dengan semua aspek yang mempengaruhinya.
Maka dapat disimpulkan, bahwa cerita anak merupakan bacaan untuk anak yang isinya kisah seputar anak-anak yang boleh diceritakan, menghibur, dan sesuai tingkat perkembangan intelektual dan emosi anak.
B. UNSUR-UNSUR CERITA ANAK
Seperti halnya cerpen, dalam cerita anak pun memiliki unsur-unsur pembangun yang sama.
Unsur-unsur cerita anak terdiri dari tema, alur (plot), latar (setting), penokohan, watak, sudut pandang (point of view), dan amanat atau pesan cerita.
C. JENIS-JENIS CERITA ANAK
1. Mite
Sesuai dengan namanya, mite atau mitos adalah cerita anak yang menceritakan tentang dewa dan kepahlawanan.
Cerita yang mengandung penafsiran atas cerita rakyat yang dianggap suci, agung dan sakral.
Menurut Bascom, mite ditafsirkan sebagai cerita prosa rakyat yang dianggap ada dan benar oleh masyarakat.
Menurut Danandjaja, mite adalah cerita yang ditokohi oleh para dewa dan makhluk setengah dewa.
Beberapa contoh mite yang sudah familiar di telinga kita yaitu Semar, Nyi Roro Kidul, dan Bandung Bondowoso.
2. Legenda
Menurut Rukmini, legenda adalah karya sastra yang ditulis dengan menonjolkan pada sejarah kehidupan di masa lalu. Meskipun mengacu pada cerita di masa lalu, tingkat kebenarannya tetap bersifat imajinatif dan semihistoris.
Menurut Danandjaja, legenda adalah sejarah kolektif. Meskipun disebut-sebut sejarah, secara esensi penyampaian sudah mengalami distorsi sehingga sudah jauh dari cerita aslinya.
Contoh legenda antara lain Cindelaras, Maling Kundang, Timun Emas, dan Bawang Merah dan Bawang Putih.
3. Fabel
Secara umum, fabel adalah karya sastra yang sengaja ditulis dengan menggunakan tokoh rekaannya adalah binatang. Dimana binatang yang dijadikan sebagai tokoh seolah-olah dapat berkomunikasi seperti halnya manusia.
Contoh fabel di antaranya adalah Si Kancil Mencuri Mentimun, Kura-kura dan Kelinci, Rusa dan Pemburu, Kisah Jalak dan Kerbau, dan sebagainya.
4. Hikayat
Hikayat adalah sastra lama berbentuk prosa.
Dari segi isi menceritakan tentang kaum bangsawan, keluarga kerajaan, termasuk menceritakan orang-orang hebat, kepahlawanan dan orang yang menderita.
Tujuan dari penulisan hikayat adalah memberikan semangat, obat luka hati dan bersifat menghibur.
Hikayat umumnya ditulis menggunakan bahasa melayu, penulisannya pun terkesan kaku dan menggunakan kata arkhais—kata yang sekarang sudah tidak pernah digunakan. Misalnya kata “syahdan”, “sebermula”, dan sejenisnya.
Contoh hikayat adalah Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama Mencari Sita Dewi, dan Hiyakat Bayan yang Budiman.
5. Sage
Mungkin ada sebagian dari kita yang masih asing dengan karya sastra saga atau sage.
Sage adalah karya sastra yang menceritakan tentang kisah lama yang membicarakan tentang keberanian seorang tokoh, atau seorang pahlawan.
Sage juga termasuk karya yang mengacu pada unsur sejarah, hanya saja cerita tersebut bersumber dari cerita rakyat dan sudah dikolaborasi dengan cerita imajinatif masyarakat.
Contoh sage adalah Si Pitung dan Lutung Kasarung.
6. Parabel
Parabel merupakan cerita rekaan.
Secara garis besar, parabel menceritakan sikap moral dan keagamaan secara tidak langsung—menggunakan perumpamaan atau perbandingan.
Contoh parabel seperti Kisah Nabi Sulaiman, Kisah Nabi Daud, Kisah Nabi Isa, dan sebagainya.
7. Dongeng Jenaka
Dikenal sebagai dongeng jenaka karena cerita jenis ini mengisahkan tingkah orang bodoh, malas dan semacamnya, dan dikemas agar menarik, lucu dan menggelitik.
Contoh dongeng jenaka yaitu Lebai Malang, Pak Belalang, dan sebagainya.
D. MANFAAT CERITA ANAK
Banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya mengenalkan cerita kepada anak-anak mereka.
Ada sebagian lagi orangtua yang mengetahui manfaatnya, tetapi tidak mempraktekkannya karena banyak faktor. Padahal, ada banyak sekali manfaat mengenalkannya.
1. Membangun kecerdasan emosi
Tidak semua anak mampu membangun kecerdasan emosi mereka. Banyak anak-anak yang pintar, tetapi tidak pintar dalam mengelola emosi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan anak untuk berpikir asosiatif, membentuk kebiasaan, mengenali pola-pola emosi dirinya sendiri.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan menunjukan kemampuan mengontrol emosi, memiliki rasa tanggung jawab, berjiwa mandiri, optimis, bisa mencari jalan keluar dari masalah yang ditemuinya dan mampu bertahan dengan stress.
Itu sebabnya banyak orang tua yang mulai menanamkan kecerdasan emosi ini, salah satunya dengan menceritakan dongeng atau karya sastra anak.
2. Membangun kontak batin
Ada yang menarik saat membiasakan anak-anak dengan dongeng sebelum tidur, yaitu membangun kontak batin antara anak dan orangtua yang menceritakan.
Cara ini perlu diterapkan bagi ibu karir yang dari pagi sampai sore waktunya habis untuk bekerja. Agar tetap terjalin hubungan dan emosi antara orang tua dan anak dengan cara membacakan buku cerita.
Anak yang terbiasa mendengarkan cerita juga akan terstimulasi untuk berpikir dan mengambil pesan dari cerita tersebut sehingga mengasah kepekaan batin si anak tersebut.
3. Melatih imajinasi dan kreativitas anak
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki kemampuan imajinasi lebih bagus.
Semakin dewasa seseorang, daya imajinatifnya akan luntur, tergeser oleh kemampuan berfikir secara logis akibat proses kedewasaan seseorang. Padahal kemampuan imajinasi inilah yang menjadi modal dasar lahirnya inovasi dan penemuan-penemuan besar.
Contoh sederhana, penemuan pesawat terbang yang diawali dari imajinasi “bagaimana jika seandainya manusia terbang seperti burung” tentu sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena daya imajinasi diolah dengan ilmu pengetahuan serta teknologi, akhirnya kita bisa merasakan terbang di udara itu seperti apa.
Inilah kehebatan dari sebuah imajinasi yang perlu terus dipelihara.
4. Media menyampaikan pesan
Seorang anak yang sejak kecil dibiasakan mendengarkan cerita sebelum tidur, kelak—puluhan tahun kemudian, masih akan mengingat cerita-cerita tersebut di otaknya.
Pesan-pesan baik dan sederhana dalam cerita anak tersebut mampu terekam dan menjadi pembelajaran di alam bawah sadar anak sehingga secara tidak sadar akan menjadikan anak mampu mengontrol emosi.
5. Mendidik karakter
Cerita anak sebenarnya berisi pesan yang jelas dan pesan tersebut terbilang sederhana. Tentu saja pesan tersebut juga mudah diambil oleh sang anak.
Pesan-pesan positif inilah yang akan menjadi kendali diri anak dalam bersikap dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Mereka tidak menyadari kontrol diri yang mereka lakukan dampak dari cerita yang sering dibacakan oleh kedua orangtuanya sebelum tidur.
Dalam kondisi seperti inilah, anak ada di posisi sleep state dan kondisi otak berada pada gelombang delta. Gelombang delta terjadi 30 menit pertama sebelum tidur, dan 30 menit sebelum anak terbangun.
Posisi sleep state—belakangan dikenal dengan metode hypno-sleep adalah waktu yang paling baik untuk memberikan sugesti positif pada anak.
Ketika sugesti positif diberikan secara berulang, maka akan bermanifestasi menjadi sikap dan karakter dari si anak tersebut.
Itu sebabnya dalam sebuah cerita anak, amanat yang disampaikan menonjolkan pesan positif.
6. Menumbuhkan kesadaran membaca
Manfaat mengenalkan cerita pada anak sedini mungkin melatih anak-anak memiliki kesadaran akan membaca. Tentu saja kesadaran akan membaca inilah yang menjadi perilaku baik yang memberikan lebih banyak manfaat lain.
Semakin banyak seorang anak membaca, akan semakin membuka perspektif, peluang dan—setidaknya, akan memiliki banyak pengetahuan.
7. Melatih kemampuan bahasa
Setali tiga uang, aktivitas menceritakan dan mengajarkan anak untuk membaca cerita juga sekaligus dapat melatih kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa ini diperoleh dari kebiasaan mereka membaca.
8. Media hiburan
Selain memberikan banyak manfaat yang telah disebutkan di atas, tentu saja membaca cerita anak juga menjadi media hiburan tersendiri bagi mereka.
Apalagi di zaman sekarang ada banyak sekali cerita anak yang dikemas dengan model menarik. Tidak hanya berupa cerita teks saja, tetapi juga sudah disertai dengan gambar ilustrasi menarik dan penuh warna. ***
.
.
Cerita Anak, Kompas, Vina Anne
Kibo dan Jalu
Cerita Anak, Kompas, Nabilla Niken
Bantuan untuk Korban Banjir
Cerita Anak, Dede Soepriatna, Kompas
Rumah Baru Aira
Cerita Anak, Kompas, May Wagiman
Kantong Fiya
Cerita Anak, Inong Islamiyati, Kompas
Rumah Baru Budi
Cerita Anak, Kompas, Vina Anne
Nikmati Alam, Sayangi Alam
Cerita Anak, Kompas, Sabatini Dewanti
Menjelajah Hutan Larangan
Cerita Anak, Kompas, Sabatini Dewanti
Perbedaan Itu Indah, Lho!
Cerita Anak, Desi Puspitasari, Kompas