Cerpen, Muhaimin Nurrizqy, Padang Ekspres

Sandiwara 700 Tahun Sebelum Masehi

0
(0)

Lelaki itu melanjutkan kerjanya. Ia potong sisa daging yang tersisa. Lalu meletakkan daging itu di dekat bara. Ia berencana membikinnya menjadi keras dengan panasnya bara. Setidaknya untuk beberapa hari ke depan pasokan makanannya masih ada. Setelah pasokan makanannya habis, ia akan kembali ke pantai untuk mengambil daging baru.

Ketika potongan daging terakhir sudah diletakkan di dekat bara, ia mendengar gemeletuk gigi lelaki itu. Sepertinya tidak bisa dibiarkan, bisik hatinya. Ia ambil potongan daging yang sudah matang untuk diberikannya kepada lelaki itu.

“Aakuu…tidaak…akkaann…mamakakan…daagiging…iitittutuu.”

“Aku tidak tahu apa yang membuatmu tidak mau memakannya. Kau tahu, hanya daging ini. Hanya daging ini yang bisa kau makan. Jika tidak kunjung kau makan, kau akan mati. Jika kau mati, kau mati dalam kesia-siaan!”

“Tttiiiddaaaakk! Akakkuu ttdak kkaan…”

“Kau terlalu banyak bicara!” Lelaki itu memasukkan sepotong daging ke mulut lelaki itu dengan paksa. Ia pastikan daging itu dikunyahnya dan habis ditelan kerongkongannya. Segelas air ia tumpahkan dimulutnya. Dan itu membuatnya tercekik dan batuk. Serat-serat daging yang belum sampai ke perutnya naik kembali dan keluar bersama air berwarna merah. Darah.

Melihat itu lelaki itu kesal dan menampar dan mencekik lehernya. Ia bisa melihat pendar mata lelaki itu dengan jelas, seperti mengatakan, bunuh saja aku! Tapi lelaki itu melunakkan cengkramannya, menghempas ke lantai, lalu berteriak ke arah langit: melepaskan segala bara di dalam dadanya.

***

Ia terbangun karena mendengar suara cepak mulut. Ketika ia membuka mata, ia melihat lelaki itu sedang memakan daging di sudut ruangan gelap. Cahaya dari api hanya membasuh wajah dan tangannya saja. Perlahan lelaki itu memasukkan ujung daging ke dalam mulutnya dengan tangannya yang menggigil.

Baca juga  Surat-surat Tuan Zeeman

Di seberang ruang, lelaki itu menatapnya tenang. Ia seperti melihat anak kecil yang memakan hasil curiannya dengan tenang. Sebagai pihak yang tercuri, ia tidak kesal maupun berang. Hanya menatap, dari pendar matanya ia seperti berucap, habiskanlah semua daging itu agar kau bisa hidup lebih lama lagi.

Ketika ia cukup kenyang, lelaki itu menangkap pandangan lelaki itu. Ada rasa bersalah yang hadir dari gerak matanya. Ia memalingkan pandang menatap ke langit-langit ketika ia meneguk air dalam gelas bambu itu.

Loading

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

1 Comment

  1. Riki

    Apa pesan tersurat dan pesan tersirat pada halaman 1,2,3,4,dan 5.

Leave a Reply

error: Content is protected !!