Oleh Sam Edy Yuswanto (Padang Ekspres, 04 Agustus 2019)

Kambing Kurban untuk Bapak ilustrasi Orta/Padang Ekspres
Seperti biasanya, setiap hari Minggu pagi, Bayu biasa sepuasnya membaca buku-buku cerita untuk anak yang ia pinjam di perpustakaan sekolah. Sejak kelas dua SD ia memang mulai gemar membaca. Tak hanya buku cerita anak, majalah anak, dan buku-buku agama seperti kisah para nabi juga ia baca. Kini, ia sudah kelas 5 SD, dan kegemarannya membaca buku kian meningkat saja.
NAMUN baru beberapa menit membaca buku di ruang tamu, konsentrasi Bayu seketika pecah saat mendengar suara dering handphone di ruang tengah.
“Aduh, siapa sih pagi-pagi begini nelepon, ganggu orang lagi baca buku saja,” gerutu Bayu sambil berdiri, menutup buku yang ada di tangannya dan meletakkan di atas meja. Bayu lantas melangkah agak tergesa menuju ruang tengah, ruang biasa ia dan kedua orangtuanya menonton televisi bersama.
Pak Dhe Suto, begitu nama yang terlihat di layar saat Bayu mengambil handphone miliknya. Bayu tersenyum sekaligus penasaran. Tak biasanya Pak Dhe Suto menelepon dirinya. Biasanya kan beliau selalu menelepon Bapak atau Ibu bila ada keperluan atau halhal penting yang harus dibicarakan? Bayu pun segera menggeser tanda biru yang ada di layar, untuk menjawab telepon dari Pak Dhe Suto.
“Assalamualaikum,” suara salam terdengar dari ujung handphone saat Bayu baru saja mengangkatnya.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh,” balas Bayu lengkap.
“Ini Bayu ya, gimana kabarmu, Bay?” tanya Pak Dhe Suto yang selama ini biasa memanggilnya Bay, panggilan yang menurut Bayu terdengar sangat keren dan mentereng, he-he-he.
“Alhamdulillah, kabar Bayu baik, Pak Dhe,” terang Bayu sambil tersenyum, meski Bayu sadar senyumnya takkan mungkin bisa terlihat oleh Pak Dhe Suto yang jauh di seberang sana. Pak Dhe Suto adalah Abang kandungnya Bapak. Dulu, setelah menikah, Pak Dhe memutuskan merantau ke Kalimantan, ikut tinggal bersama orangtua istrinya yang asli penduduk sana. Menurut cerita Bapak, di Kalimantan Pak Dhe Suto mengelola perkebunan kelapa sawit milik mertuanya yang begitu luas. Sementara Bapak yang asli orang Jawa, tepatnya di Kota Kebumen, memilih tinggal di tanah kelahiran. Bapak memilih tinggal bersama Kakek dan Nenek yang saat ini sudah tiada.
![]()
Leave a Reply