Puisi Chalvin Pratama Putra dan Khossinah (Koran Tempo, 16 Januari 2022)
TAN, SEORANG TOKOH
.
apa yang mampu kubawa dari telisik jejakmu yang kembara. darah-darah api seperti kabut yang dimainkan tuhan, meloncat-loncat di setiap musim persembahan.
.
moyangku memeram namamu dalam setumpuk beras, seperti buah kuini, aroma yang sampai pada tidur jaga kami.
.
kau terlahir tanpa sebilah pedang, golok ataupun bedil-bedil di pinggang. tapi, semasa hidup kau terus berperang, menikam jejak-jejak mujur dan malang. ada belang yang ditinggal: dalam lipatan angin, gulungan ombak pesisir, atau pada keranda orang mati.
.
separuh orang-orang tidak lagi hirau pada namamu yang gadang, sipongang anak payau serupa kuai siamang yang kerap berkisah ketika cucu kami menjuntai kaki di kedai kopi:
.
pada roda-roda zaman yang kau keruk, bersimpul jilatang miang dalam rintihan orang-orang ladang yang tak pandai cara berperang.
.
serupa kuda dilecut angin, kau bawa setandan kaum muda bergeriliya, mengeja perang tak bernama. teratak pecah dalam aliran darah, “alastubirabbikum,” kaji mencari pusara kemana-mana. dusun yang kau tinggal ini dahulu hanya semak belukar, kecipak anak air dan kapareh meliuk-liuk.
.
lalu, di mana aku saat tubuhmu dicengkeram jari-jari besi, di mana aku saat selopanggung adalah muara hayatmu, ketika bedil melepas peluru mengubak kulitmu, mencungkil dagingmu, mengukir tulangmu nun jauh menggapai kematian.
.
sementara, kini catatanmu hanya nyanyian burung serindit. o, sutan kami, o, ninik mamak kami, kini mukim tempat kau terpancar telah mati suri. aduh!
.
lalu apa yang mampu kubawa dari telisik jejakmu yang kembara. darah-darah api seperti kabut yang dimainkan tuhan.
.
Bayang, 2021
.
.
.
Chalvin Pratama Putra tinggal di Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Anggota Sastra Bumi Mandeh dan Rumah Baca Pelopor 19 ini menulis puisi, cerpen, dan esai yang sudah tersebar di beberapa media.
.
.
.
PESAN DARI SAPPHO
.
Cleis, anakku
Di keramaian ini
Langit Mytilene pancarkan cahaya putih
Ada senyummu
Benderang di tiap larik yang repih
.
Setiap malam
Setiap tidur yang tanpa pejam
Komputer tua itu muncrat darah
Seluruh sudut kamarku berlumur kata-kata
.
Anakku, Cleis
Bila dewasa kelak
Kau telah cukup berani membaca karangan-karangan milikku
Baik itu kalimat pesan yang ambigu
Atau ranting bunga gugur yang kusimpul di ranjang tidurmu
.
Tulislah kembali semampu yang kau hendaki
Bisikkan di telingaku yang mungkin akan, atau bahkan telah tuli
Dengan penuh kebahagiaan
Kujadikan ia sangu menuju mati
Cleis
.
;segala bagimu, tulus aku amini
.
Yogyakarta, 2021
.
.
.
Khossinah, penulis kelahiran Sumenep, Madura, Jawa Timur, ini merupakan mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat di Komunitas Lensa dan Kepul tersebut menulis puisi dan esai di beberapa media cetak, media online, dan antologi bersama.
.
PESAN DARI SAPPHO.
.
Leave a Reply