Oleh Heru Prasetyo (Solopos, 12 Mei 2019)
Sore itu, Tatik menghampiri sang ibu yang baru saja pulang dari pekerjaan berdagang batik dan kain surjan di Pasar Gedhe. Tatik tampak tak sabar menanti baju baru yang dimintanya tadi pagi untuk dipakai mengambil rapor esok hari.
“Ini bajuya,” sang ibu berkata sambil memberikan baju yang dibawanya. Tapi ketika melihat bajunya, Tatik terkejut.
“Lho kok baju batik, Bu,” kata Tatik terkejut.
“Aku kan mintanya baju biasa,” lanjut Tatik.
“Ini kan lebih bagus, lihat ada motifnya,” sahut sang ibu.
“Iya, Bu. Tapi Tatik tak suka baju batik,” kata Tatik kesal lalu melemparkan baju batik pemberian ibunya ke kursi.
Sang ibu hanya menghela napas melihatnya. Sementara Tatik masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, Tatik berbaring di atas tempat dengan wajah penuh kesal.
“Kenapa sih harus baju batik? Tatik kan tak suka pakai baju batik,” gerutu Tatik sambil memukul-mukul gulingnya.
Tiba-tiba terdengar suara sang ibu mengetuk pintu kamar.
“Masuk saja, Bu,” kata Tatik. Sang ibu masuk ke kamar lalu duduk di samping tempat tidur Tatik.
“Pokoknya Tatik tak suka baju batik. Tatik mau baju biasa,” ujar Tatik masih dengan nada kesal. Sang ibu hanya tersenyum. Diusap-usapnya rambut sang anak penuh kasih sayang.
“Kenapa Tatik tak mau pakai baju batik?” tanya sang ibu lemah lembut.
“Pokoknya Tatik tak suka!” jawab Tatik keras. Ibu menghela napas.
“Iya tapi kan ada alasannya kenapa Tatik sampai tak suka batik?” sang ibu kembali bertanya dengan suara pelan.
“Tatik tak mau seperti orang tua waktu ambil rapor besok, Bu,” jawab Tatik. Sang ibu tersenyum mendengarnya.
“Kata siapa, Tatik seperti orang tua kalau pakai baju batik,” kata sang ibu. Tatik diam tak menjawab. Ia hanya mengarang tadi.
“Tatik bisa jadi cantik kalau pakai baju batik lho,” lanjut sang ibu. Tatik masih tak percaya.
“Coba sekarang Tatik pakai baju batik dari Ibu tadi,” pinta sang ibu. Tatik bimbang. Akhirnya ia memutuskan memakai baju batik dari sang ibu. Lalu mematut diri di depan cermin.
“Anak Ibu cantik sekali pakai baju batik,” puji sang ibu. Tatik tersipu malu.
“Sekarang bagaimana? Kalau tidak mau, nanti Ibu kembalikan,” kata sang ibu.
“Tidak usah, Bu. Baju batiknya Tatik suka sekali,” sahut Tatik.
“Terima kasih, Bu,” Tatik berterima kasih. Senyuman tampak tersungging di bibir sang ibu.
Esok harinya, Tatik datang bersama sang ibu mengambil rapor ke sekolah. Ia memakai baju batik pemberian sang ibu kemarin sore. Teman-temannya di kelas V sekolah dasar terpukau dan takjub melihat Tatik memakai baju batik.
“Wah kamu cantik pakai baju batik, Tik,” puji Nuri teman sebangku Tatik, selesai acara pengambilan rapor.
“Terima kasih,” sahut Tatik sambil melirik sang ibu di dekatnya. Sang ibu hanya tersenyum.
“Motif dan coraknya bagus, cocok buat kamu pakai, Tik,” kata Nuri. Tatik tersenyum simpul mendegarnya.
“Aku mau dong. Belinya di mana sih?” tanya teman-teman Tatik yang lain.
“Bukan beli tapi ini dari ibuku. Ia pedagang batik di Pasar Gedhe,” jawab Tatik. Nuri dan yang lainnya mengangguk.
Yogyakarta, 2 Mei 2019
![]()

Leave a Reply