Cam, Cernak, Lampung Post

Bendera Merah-Putih Didi

5
(1)

HARI masih pagi dan ini merupakan hari libur. Tapi Didi sudah bangun lebih awal dari biasanya. Ia mulai membuka lemari belajarnya dan mencari-cari sesuatu. Karena tak jua ketemu benda yang dicarinya di lemari belajar, Didi mulai melongok ke atas lemari bajunya.

Di atas lemari baju itu terdapat sejumlah kotak yang entah apa sisinya. Didi pun menggeser kursi dan meletakkannya tepat di depan lemari pakaian.

Segera ia menapaki kakinya ke atas kursi dengan semangat. Karena lemarinya tak terlalu tinggi, Didi mampu menggapainya. Beberapa kotak di atas lemari itu ia turunkan satu per satu. Ada lima kotak.

Usai turun dari bangku yang biasa dipakai buat belajar itu, Didi segera membuka kotak satu per satu. Agak berdebu kotak tertutup itu, hingga membuat bocah tujuh tahun itu terbatuk.

“Uhuk… uhuk… uhuk…!”

Sesekali Didi berbangkis. “Hacim…!”

Ia segera mengambil tisu di atas meja belajarnya dan mulai mengelap wajah dan tangannya. Lalu melanjutkan kembali membuka kotak yang lain.

“Ah! mengapa tidak ada. Di mana kah…,” ucap Didi dengan wajah sedikit bingung.

“Ibu… ibu…!” teriak Didi. Ibu yang sedang berada di dapur hanya samar mendengar suara teriakan Didi. Sebab, ibu sedang mencuci perabot di air mengalir.

“Ibu…!” teriak Didi lagi lebih keras.

“Iya… ibu di dapur, Nak,” sahut Ibu.

Tak lama Didi menghampiri Ibu ke dapur dengan wajah yang agak mendung.

Setelah menyelesaikan membersihkan perabot dan mematikan keran air. Ibu mendekati Didi dan bertanya apa gerangan yang membuat wajah anaknya murung.

“Apakah ibu melihat kertas minyak yang dibelinya di toko buku bersama ayah kemarin-kemarin dulu?” tanya Didi.

Baca juga  Ada Apa dengan Mimo?

Ibu mengernyitkan dahi tanda berpikir dan mengingatnya. “Sudah dicari di kamarmu?”

Didi mengangguk. “Tapi enggak ada, Bu….”

Lalu ibu berjalan ke ruang tengah, di pojok ada meja yang kerap digunakan ayah untuk bekerja saat di rumah. Di bawah meja ada keranjang bundar tempat sampah. Tetapi isinya bukanlah sampah, melainkan alat tulis dan barang-barang kerja milik ayah.

Ibu meraih keranjang bundar itu dan ada banyak sekali gulungan kertas di sana. Terseliplah kertas minyak yang dicari Didi. Ada warna putih, hijau, merah, dan kuning.

“Ini bukan yang kamu cari,” tanya Ibu.

Wajah Didi langsung sumringah. “Iya ibu, benar ini. Terima kasih ibuku cantik,” katanya sambil memeluk ibunya.

Ibu tersenyum senang.

Didi langsung ke kamarnya, dan ibu kembali ke dapur.

Sesekali Didi ke dapur untuk mengambil pipet atau sedotan plastik beberapa buah. Lalu masuk lagi ke kamar.

Lalu kembali ke dapur dan menanyakan di mana sapu lidi yang bersih kepada itu.

Ibu menunjukkan ke dalam kamar tidur di pojok dekat lemari. Didi mengambilnya beberapa batang.

Ibu tampak penasaran dengan Didi. Tetapi ia membiarkannya dan meneruskan memasak pisang goreng kesukaan Didi dan ayah. Tak lupa membuat teh manis dan kopi.

Usai menata sarapan pagi di atas meja makan. Ibu penasaran ingin ke kamar Didi.

Namun, Didi sudah keluar duluan dari kamarnya sambil membawa sejumlah bendera kecil dari kertas minyak. Bendera Merah-Putih yang lumayan banyak dibuat Didi.

“Taraaa… ini dia bendera Merah-Putih sudah jadi….”

Mendapati hal itu, Ibu tersenyum: “Wah, rupanya kamu sibuk mencari kertas minyak itu untuk membuat bendera ya.”

“Iya dong, Bu, ini kan sudah bulan Agustus, dan sebentar lagi kan 17-an, jadi kita harus menyemarakinya dengan bendera Merah-putih,” ucap Didi yang langsung menempel bendera di beberapa susut rumah. Termasuk di vas bunga ibu di meja tamu.

Baca juga  Belajar dari Ibu Burung

“Pintar memang anak ibu ini. Ibu bangga lo, karena rasa nasionalismu sudah tertanam sejak kecil,” ucap Ibu.

“Iya dong, kita harus cinta kemerdekaan, kan Ayah dan Ibu yang mengajarkan,” ucap Didi, seraya mengajak ibu ke meja makan untuk menyeruput teh manis dan pisang goreng.

“Eit… cuci tanganmu dulu sebelum sarapan!” pinta Ibu.

Sambil tersipu, Didi segera ke wastafel buat mencuci tangan di kran air, tak lupa memakai sabun.

“Supaya tak ada bakteri yang menempel kan bu,” kata Didi sambil tersenyum. ***

Loading

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!