Jawa Pos, Ranang Aji SP, Sajak

KEDAI SURGA

KEDAI SURGA - Sajak-sajak Ranang Aji SP
4.6
(5)

Sajak-sajak Ranang Aji SP (Jawa Pos, 09 Juli 2022)

PERANG DAN KEBENARAN

Selalu ada perang sepanjang zaman. Itu permainan yang menyenangkan. Jadi, anak-anak bermain perang-perangan di pematang, di halaman, hingga film dan video game yang berbayar. Anak-anak juga berkelahi di jalanan, tawuran, bacok-bacokan.

Juga para politisi bertengkar di Senayan, dan preman di pasar. Tuan Har mungkin untuk sesuap berlian, dan Parman demi sumpalan. Tapi apakah itu menyenangkan? Anehnya, setelah reda semua jeritan dan duka, ada saja cerita yang dibanggakan.

Kita adalah homo ludens, kata Johan Huzinga, di setiap zaman orang-orang punya cara memainkan dalam pertengkaran. Perang Dunia Pertama, orang-orang Eropa dicemaskan, Perang Dunia Kedua orang-orang Yahudi dikorbankan, selanjutnya orang Palestina dimatikan, dan di Ukraina, semua orang saling membenarkan dirinya. Semua orang bicara perdamaian sembari mencari cara saling memusnahkan.

Selalu ada cara perang di sepanjang zaman. Semua ada alasan untuk dikenangkan. Bisma yang perkasa, terbaring di atas panah atas nama sumpah kesetiaan, Kwan Le memenggal kepala di zaman Tiga Negara untuk penyatuan, Achiles membunuh Hektor demi dendam Patroklos dalam Troya. Juga Khalid bin Walid, Shalahudin, dan Richard si Hati Singa berperang demi agama.

Selalu ada alasan untuk perang di setiap zaman. Karena itu, konon, malaikat bertanya pada Tuhan, kenapa Kau ciptakan makhluk yang suka menumpahkan darah di muka bumi, di laut dan daratan? Tapi Tuhan segala tahu alasan, selain orang-orang yang berhitung keuntungan.

Setiap orang mencari kebenaran, lainnya merasa benar. Lalu, adakah kebenaran tanpa perang? Sebab, setiap pembunuhan selalu ada kebenaran. Kebenaran seperti apa yang dicari? Beauty is truth, truth beauty, kata John Keats menyimpulkan dalam “Ode on a Grecian Urn”, tapi kebenaran untuk siapa? Keindahan seperti apa? Apakah kebenaran hanya ilusi semata?

Baca juga  Apa Yang Lebih Kuat dari Maut?

Di gunung-gunung tumbuh murbei dan cantigi, di padang-padang hidup rumput bersama kuda yang berlari. Itu adalah keindahan. Itu adalah kebenaran.

Tapi, kebenaran adalah kerinduan, kita tahu, kita merasakan—sebab tidak ada yang pasti dalam kebenaran, kecuali kebenaran Tuhan.

.

.

.

KEDAI SURGA

Di televisi, politisi adalah malaikat sempurna. Dia terbang untuk membagi cerita, tentang niatnya yang mulia. Suaranya jelek, tapi… ah, tidak… senyumnya lebih jelek. Jadi kutinggalkan saja dia, kupilih mabuk di surga, Kedai Surga, tentu saja maksudnya. Di sana penuh tawa dan cahaya, tentu saja karena itu ada mata Mita yang bersinar, juga tumpukan daging yang sempurna di tubuhnya.

Pukul sembilan malam di langit hitam. Jangkrik bersuara. Ada juga serangga lain. Aku lupa namanya. Tapi cabak bersuara di atas pohon tua. Kuburan senyap oleh tumpukan tulang yang diam. Lima ratus meter setelahnya ada cahaya, seperti lingkaran terang dalam malam. Kudengar Mita tertawa. Suaranya seperti biduanita. Syahdu:

Ndang-ndang-dut-tak.

Ndang-ndang-dut-tak.

Ndang-dut.

Pintu terbuka. Bau arak menyebar bersama parfum bunga. Inilah surga. Itu sebenarnya, bukan kata-kata politisi malaikat di televisi. Itu hanya angin surga. Di sini, ciu, arak, atau apa saja hanya pengantar agar kita lupa pada malaikat bualan. Dan Mita, segera aku ke sana. Tapi, kali ini dia duduk di atas paha pria, sambil tertawa.

Darahku adalah arak, bergolak mengalir hingga ke otak: gelap dan kesal. Ternyata pria itu adalah politisi di tivi. Dia sungguh malaikat pendosa. Malaikat tak sempurna. Jadi, langsung kucabut pisau berujung duri perak.

Mita teriak.

Orang-orang gaduh dengan kaki dan mulut terinjak. Api membakar dada, perih dirasa. Malaikat itu terbang keluar, tanpa celana. Tapi aku terkapar dipandangi mata juling orang-orang kekar. Aku retak, suaraku serak. Kurasa kudikhianati harga arak yang melonjak juga tak kesetiaan.

Baca juga  “Aku Ngenteni Tekamu...”

Malam itu, aku diam bersama tulang-tulang di kuburan. ***

.

.

RANANG AJI SP. Penulis fiksi dan nonfiksi. Tinggal di Magelang.

.

KEDAI SURGA.

Loading

Average rating 4.6 / 5. Vote count: 5

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

error: Content is protected !!