Puisi-puisi Khalil Satta Elman (Kedaulatan Rakyat, 19 November 2021)
CABEYAN, SOROPARE
.
hujan baru saja reda, tapi ia mewariskan gigil
pada tubuh seorang perantau merindukan pulau
sedang angin masih mengabarkan kota yang disunyikan peradaban
.
sirene ambulan sudah mulai reda
juga kabar dari toa nyaris tiada
tinggal pucat musim sisa penyiksaan
.
gusti, sekiranya matahari yang menunduk ini
adalah tanda negeri akan sentosa:
burung-burung berkicau dengan merdeka
tangis kehilangan tak ku jumpa
.
aku, satu-satunya darma, yang .kan telaten merawat segala
engkau cipta
Cabeyan, 2021
.
.
.
ANGKRINGAN, TENGAH MALAM
.
siapa yang meninggalkan jejak kemarau di sini
juga bayang-bayang bibir yang terpaksa merawat kemarau
masih hangat. sangat haru
.
ketika kebahagiaan adalah sebungkus nasi kucing
tak ada yang namanya siang,
sebab malam lebih mahir merahasiakan kesedihan
.
embun menjadi busur-busur gigil
mengarah pada jiwa tak sedamai telaga:
seperti ada jerit lapar dalam ruangan!
.
seusai gorengan habis di hadapan
aku ciptakan insomnia dari rokok dan secangkir kopi
mengharap beban hidup tak seberat rindu
seperti negeri ini yang dikutuk sunyi oleh penduduknya sendiri
.
Cabeyan, 2021
.
.
.
KELAHIRAN BAHASA
.
pada mulanya bahasa adalah fragmen sunyi kota-kota
yang menyatu pada sebuah titik berpagar cahaya
hingga pada akhirnya menjadi jembatan bagi segala rasa.
.
juga ada takwil: bahasa terbuat dari mimpi senja
yang gagal jadi taman dan bunganya haram dicinta
hingga yang layu bukan cuma rindu, tapi waktu
.
Cabeyan, 2021
.
.
.
Khalil Satta Ilman, lahir di Sumenep-Madura, 7 Mei 2003. Menulis puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Saat ini bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yokyakarta (LSKY).
.
CABEYAN, SOROPARE
Leave a Reply